enam belas

346 66 4
                                    

Cerita berikut hanya fiksi jika ada typo, kesalahan nama karakter dan penulisan yang kurang rapi harap dimaklumi.

Happy reading!

Lacuna

Build menatap ke sekitarnya dengan bingung, dia tidak kembali ke dunianya. Danau, sore hari dan kaki yang terasa dingin saat tersentuh air danau yang tenang.

"Kau baik-baik saja?" Di sampingnya ada Tankhun. Kilau matahari sore yang sebentar lagi akan tenggelam itu membuat danau terlihat berwarna jingga. Pohon-pohon rindang itu bergoyang diterpa angin sore begitu juga rambut kedua orang yang duduk diam di atas dermaga.

Keadaannya makin membingungkan bagi Build.

"Aku baik." Build memandang sekitar, hanya ada Tankhun, pekarangan yang biasa dilewati para pelayan terlihat sepi, sunyi.

Saat Build memperbaiki cara duduknya tanpa sengaja tangannya menyenggol sesuatu, di atas papan dermaga di samping dia duduk ada sebuah buku, buku yang diberikan Vegas tadi.

"Oh, Vegas sudah menemuimu?"

Build menoleh dengan raut wajah bertanya-tanya, tangannya meraih buku tebal itu, menyentuhnya, mencoba menyembunyikan hal itu dari pandangan Tankhun dengan tubuhnya. Tankhun yang memperhatikan tingkah Build tertawa kecil.

"Kau benar-benar semirip itu dengan Pete..."

"Kau–" Build tidak dapat melanjutkan kata-katanya, dia diterpa keterkejutan lagi dan lagi.

"Lihat."

Tankhun menujukkan buku yang sama persis dengan yang diberikan Vegas. Buku dengan sampul putih gading. "Aku juga memilikinya," ujarnya dengan senyuman tipis.

Sama seperti Vegas senyuman Tankhun juga terlihat menyedihkan.

"Apa Vegas mengatakan sesuatu padamu?"

Awalnya Build mengangguk lalu kemudian dia menggeleng, "tidak ada."

"Tidak apa katakan saja padaku, jangan takut." Build tetap ragu untuk membuka mulut.

"Baiklah kalau kau tidak mau mengatakannya, aku tidak akan memaksa."

Lalu hening. Tankhun tidak bicara lagi dia sibuk dengan buku di tangannya sedangkan Build juga ikut-ikutan diam. Dia bingung ingin mengatakan apa, pasalnya selalu Tankhun yang memulai pembicaraan. Mendadak sunyi begini membuatnya semakin merasa aneh dan tidak nyaman. Sebenarnya di dunia mana dia terdampar kali ini?

"Biu, kau mau mendengar sebuah cerita?" ujar Tankhun tiba-tiba. Build yang sedari tadi memandang kakinya yang tenggelam dalam air danau mengangkat wajahnya dan menatap Tankhun dengan raut bingung. Tadi Tankhun memangil dia apa?

"Kak," panggilnya pelan. Dia bingung mau menjawab apa.

"Pete adalah adik kesayanganku," Tankhun mulai bercerita. Pandangannya lurus ke depan, tangannya mengelus permukaan buku dengan pelan. Mata itu, Build bisa melihatnya dengan jelas jika mata pria di sampingnya nampak berkaca-kaca. Nada dalam suaranya terdengar bergetar. Build diam, mendengarkan.

Pandangan pria itu pindah, fokus pada buku di pangkuannya. Raut wajahnya berubah, terlihat serius meski sendu itu masih terlihat. "Peteku yang baik, Peteku yang manis, Peteku yang cantik."

Dia mengangkat pandangannya balas menatap Build yang daritadi memperhatikannya. "Dia benar-benar cantik sepertimu."

Tankhun menghela nafas dengan berat. Dia kembali memandang jauh ke depan.

"Aku tidak pernah sama sekali melihatnya sebagai orang yang jahat. Pete hanya berusaha mempertahankan apa yang menjadi miliknya. Vegas, adikku sudah menikahinya. Atas dasar apapun pernikahan itu terjadi, Vegas telah setuju menikahi Pete itu berarti dia mengakui Pete sebagai miliknya begitupun sebaliknya. Pete punya hak atas apa yang menjadi miliknya. Wajar jika dia ingin menyingkirkan Luna. Dia hanya anak lugu yang sedang jatuh cinta."

LACUNA [BL]Where stories live. Discover now