51. Sebentar Lagi

1.4K 93 15
                                    

Hai guys
Om Bujang balik lagi
Jangan lupa tap-tap vote dan tiketik komen ❤️

Hai guysOm Bujang balik lagi Jangan lupa tap-tap vote dan tiketik komen ❤️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

51

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

51. Sebentar Lagi

♡♡♡

“Hai!” Pintu tertutup, sepatu berganti menjadi sandal berbulu, barang-barang yang dibawa diletakkan begitu saja, Bulan yang begitu senang bisa kembali ke apartemen Abian segera melarikan dirinya pada sosok lelaki yang tengah memainkan alat pembuat gerabah.

Tangan mungil gadis bercepol itu melingkar nyaman pada leher jenjang kekasihnya. Dikecupnya pipi Abian berulang kali. “Kenapa murung?” tanyanya, padahal dia tau alasan pastinya.

“Aku di sini, loh, kamu nggak suka aku datang?” Bulan memancing lagi, Abian masih fokus pada tanah liat yang bentuknya sudah kacau. Tidak ada niat khusus tanah itu dibentuk menjadi apa, dia hanya sedang mengalihkan kesalnya.

“Sayang, cintanya Bulan … kalau ada masalah itu harus diselesaikan. Nggak mau, kan, kita jadi diam-diaman,” bujuk Bulan, menarik dagu Abian, mempertemukan mata mereka.

“Kenapa nggak bolehin saya jemput kamu. I'm totally fine!” kesal Abian.

Bulan menarik tangan Abian ke dalam wadah air, membersihkannya hingga tidak ada tanah liat yang menempel, juga mengeringkannya hingga tak setetespun air jatuh pada lantai. Dengan hati-hati, dia dudukkan dirinya pada paha kekasihnya itu.

“Kemarin kamu hampir nabrak. Ingat, Kak, kamu boleh bekerja, boleh beraktifitas, tapi jangan berlebihan. Kamu melanggarnya kemarin, jadi ini konsekuensinya. Lagi pula minggu depan kamu juga sudah boleh menyetir kembali.”

“Saya benci tubuh saya yang lemah!”

“Tapi aku suka kamu yang banyak istirahatnya. Kamu jadi lebih banyak waktu denganku.”

“Saya nggak bisa jaga kamu.”

“Aku bisa jaga diriku sendiri. Nggak harus setiap waktu kamu ada.”

“Kamu nggak butuh saya lagi?”

“Kalau aku nggak butuh kamu, untuk apa aku ke sini?” Kedua pipi Abian ditangkup, Bulan mengusapnya secara lembut, “jangan suka overthinking, nggak baik buat kamu. Aku punya kamu, selamanya punya kamu. Kita sebentar lagi menikah, aku harap nggak ada perselisihan di antara kita. Aku nggak mau kita kehilangan kontrol diri saat lelahnya aku bertemu dengan pikiran negatif kamu.”

OM BUJANG!Where stories live. Discover now