Umur hanyalah angka. Siapa bilang?
Cinta dua insan dengan jarak umur yang berbeda jauh itu banyak rintangannya. Dari mulai pengalaman, mindset hingga prioritas hidup pastinya juga berbeda. Namun semua itu tidak menghalangi Abian dan Bulan untuk tet...
Malam guys, Om Bujang balik lagi Jangan lupa tap-tap vote dan tiketik komen ya ❤️
Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
30. Pembohong Handal
♡♡♡
Bersikap tenang dan menurut, apa yang dilakukan Abian membuat para polisi yang menangkapnya saling pandang. Bahkan mereka tidak banyak bertanya, apalagi setelah lelaki dengan tatanan rambut koma itu selesai menghubungi orang-orangnya. Kuasa hukum pribadi, assisten bernama Sandi, dan juga satu orang lagi yang dia rahasiakan identitas dari para polisi itu.
Damar, Ayah dari Bulan yang kebetulan tidak bertugas di tempat di mana Abian ditahan telah meluncur ke sana. Kedatangannya paling ditunggu, sebab kartu as di pegang oleh lelaki itu. Dia yang paling ampuh dijadikan pembela untuk kebebasan Abian.
Perwira menengah, jabatan itu bahkan lebih tinggi dari kepala polisi yang sedari tadi duduk di kursi kebesarannya.
"Saya tidak masalah jika kamu membatalkan kerja sama mega proyek kita, tapi saya tidak terima jika kamu menghajar suami saya sampai dia babak belur seperti itu!!" Seruan Pitaloka menggelegar, wanita itu sampai ditahan, sebab tangannya sudah melayang hendak menampar pipi Abian.
Menyusul di belakangnya, Pradipta yang penuh lebam duduk di kursi roda, didorong oleh seorang polisi.
"Apa salah paman sama kamu, Bian. Sampai hati kamu pukuli paman hingga begini. Apa kamu tidak ingat, siapa yang menjaga kamu sekian tahun setelah semua keluarga kamu pergi." Memelas sebagai drama, ucapan Pradipta hanya dibalas kekehan oleh Abian.
"Saya pastikan kamu akan kembali masuk ke dalam penjara, Abian. Kamu benar-benar kelewatan!" Pitaloka menunjuk-nunjuk. Wajar sekali dia membela mati-matian suaminya, masih pengantin baru, belum tahu tabiat asli Pradipta yang jelas sangat buruk. Pandai berbohong, manipulatif dan bodoh.
"Silahkan jika bisa," balas Abian, santai.
"Abian, apa yang terjadi?" Tak lama dari balasan Abian, Damar yang memakai seragam lengkap datang. Para polisi yang ada di sana sontak berdiri tegak, memberi hormat. Begitu pula dengan Abian yang langsung berdiri.
