Di kagumi atau mengagumi

13 9 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim..

Happy reading

***

"Haya! Amma pulang." Rana mencari keberadaan anaknya.

Setiap sudut rumah Rana cari tapi Haya tidak di temukan. "Haya!" Beberapa kali Rana panggil namanya tapi tetap tak ada sahutan.

Saat akan memasuki kamarnya Rana mendengar suara barang jatuh dari arah dapur. Rana segera menghampiri sumber suara, pandangan tak menemukan apa-apa sampai akhirnya Rana terkejut dengan lemari yang biasa menyimpan barang-barang dapur terbuka lebar.

Pandangan terfokus sampai Rana tak melihat jalan yang di pinjaknya. "Aw..." Rana menginjakan garpu yang tergeletak sembarangan.

"Haya..." Rana mencari ke bawah meja dan benar saja, Haya bermain dan bersembunyi di bawah meja makan.

Rana yang melihat itu hanya bisa mengelus dadanya menenangkan dirinya. Pantas saja tak ada sahutan dari anaknya, balita itu asyik dengan mainannya.

Rana mencoba membujuk Haya agar keluar dari bawah meja. Tapi Haya tetap kekeuh tidak ingin di ganggu. Akhirnya Rana memilih untuk membereskan barang-barang dapur yang berserakan. Rana juga mengecek laci yang berisikan berbagai macam pisau.

Rana menghela nafas tenang saat melihat pisaunya tak tersentuh oleh Haya. "Haya, amma cari appa dulu, ya."

Sebelum Rana berangkat bekerja, ia menyuruh Aarav untuk menjaganya seharian. Tapi ternyata saat ia kembali, suaminya ini tak terlihat entah di mana.

Rana memilih untuk pulang lebih awal karena kondisinya yang kurang baik. Rana merasa harus beristirahat agar tidak menggangu aktivitasnya. Tapi ternyata saat sampai di rumahnya ia merasa lebih buruk.

"Mas Aarav!" Rana terkejut saat memasuki kamarnya melihat Aarav yang dengan nyenyaknya tertidur pulas.

"Aku suruh kamu jaga, Haya!" Dengan kesal Rana menarik tangan Aarav, mencoba membangunkannya.

"Bangun, mas!"

"Kamu tinggal Haya sendiri. Gimana kalo terjadi apa-apa." Saat Aarav tersadar dari tidurnya, Rana langsung mengomel.

"Kamu tutup pula pintu kamarnya. Kalo Haya jatuh terus kamu gak tau, gimana?"

Aarav hanya mampu mendengarkan setiap ucapan istrinya. Rana lagi-lagi mengepalkan tangannya, menahan semuanya.

Emosinya lagi dan lagi tak bisa di kendalikan. Pikiran buruknya kembali berdatangan, angan-angan buruk yang memenuhinya.

Suara sesuatu terjatuh terdengar jelas membuat Rana dan Aarav saling bertatapan, di susul dengan suara tangis yang kencang membuat Aarav langsung berlari menghampiri.

Rana masih terdiam, pikiran buruknya terjadi. Emosi yang tadi mendominasi berubah menjadi rasa cemas dan rasa bersalah.

"Rana." Suara Aarav menyadarkan dan membuat Rana langsung menghampirinya.

Beberapa kali Haya meminta untuk di gendongannya tapi Rana tidak menerimanya, ia hanya diam menatap putrinya yang seraya mengatur nafasnya.

Tertulis Indah (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang