Kembali?

12 9 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Happy reading...

***

Setelah beberapa hari dari kejadian di rumah sakit. Membuat Aarav semakin percaya diri dan memulai kembali kegiatannya dengan semangat.

Alena, kakaknya Aarav kemarin kembali, karena Aarav tak bisa menjemputnya jadi Alena bersama dengan pamannya.

Lama tak bertemu dengan Alena membuat Aarav menatapnya dengan heran. Kakaknya yang sudah menjadi dokter umum itu, terlihat lebih kecil dari terakhir di lihatnya. Banyak kebiasaan Alena yang membuat Aarav terkejut, salah satunya, kebiasaan minum kopi di malam hari.

"Kak, jangan minum kopi gue." Aarav merebut gelas yang berisi kopi dari tangan Alena.

"Ya, biasa aja, dong. Kalo tu, kopi tumpah ke buku gue emang gimana?"

Aarav mengabaikannya, ia berjalan kembali ke dalam kamarnya. Alena yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas, karena penasaran dengan Aarav, Alena memasuki kamar Aarav.

"Tumben banget lo, belajar," ujar Alena seraya mendudukkan dirinya di kursi kosong dekat meja belajarnya.

Aarav hanya menatap sekilas lalu membalikan fokus pada bukunya.

Alena teringat dengan sesuatu. "Dek, lo, punya anak?" Aarav tersedak saat mendengar pertanyaan dari sang kakak.

"Gue liat di laci meja, Lo. Namanya Haya."

Aarav mengangguk, membuat Alena terkejut dan sekita ingin berteriak. Untung saja Aarav mencubit lengan Alena dan suara perak kakaknya tak jadi keluar, biasa-biasa satu kampung langsung berkumpul gara-gara suara Alena.

"Beneran?"

Aarav kembali mengangguk. "Di masa depan."

Alena melipat tangannya di dada memperhatikan gerak-gerik Aarav. "Tapi, masuk akal juga. Gue baca juga buku diary, Lo. Dan bersangkutan."

"Itu, berarti Lo, datang dari masa depan?" tanya Alena dengan heboh.

Aarav yang masih terfokus pada bukunya hanya  mengangguk sebagai jawaban. "Gue di masa depan gimana?"

"Gak, gimana-gimana," jawab Aarav.

"Gue kaya, gak?" tanya Alena.

Aarav melirik sekilas. "Kaya gimana?"

"Ya, kaya."

"Iya, kaya gimana?" tanya Aarav lagi.

Alena menarik nafasnya. "Gue beunghar  gak?" tanya Alena dengan kesal.

"Oooo... Ya di bilang seperti itu."

"Tapi..."

"Kakak, gak beruntung soal percintaan. Jadi, menurutku cari lelaki yang lain," lanjut Aarav.

Alena mengerjapkan matanya. "Helow... Lo, juga gak beruntung soal percintaan. Bunda selalu curhat sama gue kalo Lo, itu patah hati mulu."

Tertulis Indah (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang