Ternyata...

9 6 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim..

Happy reading...

***

Setelah selesai dengan kuliahnya. Seperti biasanya tiga sekawan akan pergi ke area perpustakaan. Bukan untuk belajar, tapi untuk merasakan angin yang dapat menurunkan kadar emosionalnya.

Tapi sedari tadi Arvin tak banyak berbicara, tidak seperti biasanya yang cerewet. "Lo, kenapa? Tumben banget gak cerewet."

Arvin mengeluarkan surat dari saku celananya dan memberikannya pada Fahar. Aarav yang kepo dengan isi surat itu, berpindah ke sisi kiri Fahar.

Saat tau isi surat itu, Aarav dan Fahar terkejut. Menurutnya ini sangat dadakan, bahkan di luar dugaannya. "Ini beneran?" tanya Aarav.

Arvin mengangguk. "Gue harus apa?" tanyanya seraya mengacak rambutnya.

Fahar hanya diam mencoba membaca rinci isi suratnya. "Lo, yakin?" tanya Fahar seraya memberikan kembali surat itu.

"Gue juga gak tau."

Ketiganya sama-sama terdiam mencari jawaban. "Ya, udah. Lo, ikutin aja," ujar Fahar.

"Tapi ini bukan hal mudah. Gue juga gak mau ninggalin Lo berdua."

"Arvin, Lo, selalu yakin dengan pilihan ibu Lo."

"Tapi gue masih bingung. Kenapa ibu Lo, kirim Lo, ke Belanda." Arvin menggelengkan kepalanya.

"Udah, Lo, terima aja. Gue yakin ini pilihan yang tepat."

"Dulu Lo, ngebet banget pengen kembali dan kuliah di sana. Sekarang kesempatan lo, buat buktiin kalo Lo, bisa."

"Siapa tau, dapet jodoh orang sana."

Aarav dan Fahar mencoba membujuk Arvin agar menerima tawaran dari sang ibu. Lama Arvin menetap di Indonesia, membuatnya tak ingin beranjak.

Pandangan Arvin terhadap Indonesia dulu sangat minim. Bahkan sewaktu sekolah Arvin bersikukuh tak ingin pindah ke Indonesia.

"Lo, gak kangen sama orang tua, Lo?" tanya Fahar.

"Kangen, lah."

"Berarti ini saatnya kamu kembali. Mungkin hukuman Lo, udah beres, Vin," ucap Aarav seraya menepuk pundak Arvin.

"Lo, ngusir?" tanya Arvin.

Keduanya terkekeh. "Bukan begitu. Gue gak mau Lo, nyesel kaya gue, Vin," jawab Fahar.

"Tenang aja, di masa depan kita kembali kumpul. Dan gue tau pasangan-pasangan Lo, berdua." Aarav berucap seraya berdiri dari duduknya.

Arvin dan Fahar melotot saat mendengar ucapan Aarav. Apa maksudnya?

"Lo, gak boleh gitu. Dosa."

"Gue mau kasih tau sesuatu. Tapi, Lo jangan potong pembicaraan gue."  Keduanya mengangguk.

Aarav menarik nafasnya. Ia merasa ini saatnya untuk memberi tau yang sebenarnya.

Tertulis Indah (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang