Di mana, kamu?

26 15 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim..

Happy reading

***

Sedari tadi sore listrik di sekitar rumah Rana belum kembali menyala. Malam hari jadi terasa lebih pengap bagi Rana, malam itu tak sunyi karena suara hujan.

Rana mengecek jendela saat suara hujan semakin terdengar jelas. Haya baru saja tertidur karena tadi sore Haya terjatuh dari tangga luar.

Rana terpaksa berkerja dari rumah saat hari itu karena Haya yang tak bisa ditinggal. Aarav belum juga kembali padahal hari sudah semakin malam.

Beberapa kali Rana menghubunginya tapi tetap tak ada jawaban. Rana hanya mampu mengepal kuat tangan sebagai penahan rasa risau yang kembali hadir.

Suara petir terdengar jelas dan membuat Rana semakin panik bahkan sampai nafasnya terasa pendek. Jika seperti ini Rana hanya bisa bersembunyi di bawah meja atau tempat yang tersembunyi.

Beberapa kali Rana memukul dadanya karena nafas yang terasa semakin sesak. Tangannya mulai gemetar dan keringat dingin yang mulai membasahi pelipisnya.

Suara gemuruh dan kilat terdengar jelas membuat Rana menutup telinganya. Rana tak membenci hujan, hanya saja ketika hujan turun dia tidak lagi bisa bersahabat.

Penerangan hanya dengan lilin di dekatnya. Pikirannya melayang membayangkan jika lilin itu terjatuh dan membuat kembaran. Sering kali Rana di takutkan dengan pikirannya sendiri.

Rana sedikit menjauhkan lilinya agar tidak mengikuti hal buruk dari perkiraannya. Dengan susah payah Rana berusaha untuk mengambil obat di atas meja makan. Tanpa pikir panjang lagi Rana langsung meminum obat itu dan kembali meringkuk'kan tubuhnya di bawah meja.

Rana mengambil ponsel di dalam saku Piyamanya. Rana mencoba menghubungi Aarav untuk kesekian kalinya. Rana berteriak dalam hatinya saat merasakan terancam dengan dirinya sendiri.

Rana menggigit ujung jari-jari tangannya saat menunggu jawaban dari Aarav. Tapi tetap nomornya tidak aktif dan tak ada jawaban ataupun pesan.

Suara hujan terdengar mereda dan Rana masih tetap bergelut dengan pikirannya sendiri. Membayangkan hal buruk apa yang akan terjadi, beberapa kali Rana mencubit tangannya dengan keras untuk mengalihkan pikiran itu.

Suara tangis Haya membuat Rana tersadar dan berusaha untuk keluar dari bawah meja dan dari bayangan buruknya.

"Iya, Haya. Amma di sini, sebentar, ya." Rana mengelap air mata dan keringat yang membasahi pelipisnya.

"Aduh, aduh..." Rana membawa Haya dalam dekapannya, mengusap rambut balita itu memberikan kehangatan dan kenyamanan.

"Tidur lagi ya.. ini masih malam," ujar Rana.

"Am-mma.."

"Iya, ini amma. Tidur lagi, ya." Rana menimang-nimang Haya untuk membuatnya kembali tertidur.

Saat Rana sedang menimang-nimang Haya, pandangan terfokus pada meja riasnya. Rana berjalan ke arah meja rias itu dan menemukan benda kecil yang berada di atas laci perhiasannya.

Rana mengambil benda itu dan melihatnya dengan jelas lagi. "Flashdisk."

Rana menyimpan flashdisk itu pada saku Piyamanya lalu kembali menimang-nimang Haya. Setelah Haya kembali tertidur pulas, Rana memindahkannya ke kasur agar tidak terganggu.

Tertulis Indah (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang