Lentera yang Meredup

11 8 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim..

Happy reading..

***

Bekerja di rumah sakit sebagai dokter adalah cita-cita Nada sejak awal mengenal dokter. Nada mengira untuk menjadi seorang dokter hanya memerlukan waktu pendidikan yang sebentar. Tapi ternyata salah, Nada harus menempuh pendidikannya selama kurang lebih sebelas tahun untuk menjadi dokter spesialis anak.

Saat ini Nada sudah melewati setengah jembatan untuk mendapatkan gelar dokter spesialis anak (Sp.A). Selama Nada berjalan mengikuti alur yang sebenarnya dengan hati yang lapang, walaupun ada saat-saat tertentu yang membuatnya mengeluh.

Untuk berkuliah Nada harus berpisah dengan keluarganya. Ia merantau ke kota untuk langkahnya meraih mimpinya.

Menjadi anak rantau menurut Nada tidak mudah. Semuanya harus serba bisa karena tidak ada yang di andalkan. Nada tinggal di Asrama bersama dua teman lainnya dan itu membuatnya harus belajar saat tengah malam.

Setiap orang memiliki cara belajarnya sendiri, termasuk Rana dan dua temannya. Rana harus belajar dengan keadaan yang sunyi dan sepi, sedangkan dua temannya harus belajar dengan ada iringan musik.

Seperti saat ini, walaupun jam sudah menunjukkan pukul dua malam tapi Nada masih terjaga dan masih terfokus dengan bukunya.

Suara dering ponselnya membuat Nada terbuyar dari fokusnya dan segera membuka ponsel jadulnya. Keningnya mengerut saat membaca nama yang muncul di layar ponselnya.

"Halo?"

"Nada, kapan kamu pulang? Bapak sudah menunggu." Tiba-tiba Nada merasa sesak di hatinya.

"InsyaAllah, Minggu depan, Bu."

"Kamu pulang besok, ya. Ibu pesan'kan travelnya."

Nada melihat sekilas jadwal hariannya. "Tapi, Bu. Aku besok masih ada kelas."

Nada hanya bisa menyetujui permintaan ibunya untuk menemuinya besok. Nada membuat surat izinm untuk beberapa hari.

Saat panggilan suara dengan ibunya terputus, ponselnya kembali berdering.

"Kenapa, Ran?"

"Kamu pulang hari ini saja."

"Travelnya akan tiba jam delapan pagi. Kamu bersiap, ya."

Nada mengerutkan keningnya bingung saat mendengar ucapan Rana yang tiba-tiba meneleponnya dan harus menemui keluarganya hari ini.

"Gak ada penolakan, ya. Tiket yang Tante Amira pesan sudah di ganti."

"Hati-hati, ya. Kabari aku ketika sudah sampai."

Belum sempat Nada menbalas perkataan Rana, panggilan suaranya sudah terputus oleh satu pihak.

***

Rana hanya berkuliah tiga kali dalam seminggu. Jadi banyak waktu yang kosong selama cuti. Perempuan itu sudah mengatur jadwalnya dengan baik.

Tertulis Indah (TERBIT)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें