Lentera malam

8 7 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Happy reading..

***

Pintu kamar asrama terbuka membuat dua orang yang berada di dalam kamar itu menoleh ke arah pintu. Lampu kamar yang sudah di ganti dengan mode remang-remang membuat pandannya tak jelas dan menebak-nebak siapa yang memasuki kamar asrama.

Mata yang tadinya menyipit berubah menjadi terbuka lebar, ketika melihat siapa yang mendekat,  penampilannya jauh dari kata rapih.

"Lo, kenapa?" tanya salah satunya.

"Lo, ke mana aja? Kenapa gak kabarin kita," ujarnya dengan nada panik.

Jam menunjukkan pukul sebelas malam dan jam kuliah hanya sampe jam empat sore. Ponselnya tak aktif membuat kedua teman asramanya khawatir. Terlebih lagi saat pulang dengan kondisi yang seperti itu.

Julia, perempuan itu langsung berhamburan ke dalam pelukan Aliya. Air matanya yang sedari tadi di tahan pecah begitu saja.

Keduanya sama-sama sudah tau dengan kondisi Julia. Aliya membiarkan Julia menangis mengeluarkan air matanya yang menyimpan banyak misteri.

Belakangan ini Julia sering menangis tanpa sebab, melamun, dan tak bersemangat. Dan juga Aliya tak begitu memperhatikan Julia karena jadwal kuliah yang padat, selain itu Aliya baru saja pulang dari kampung halamannya.

Aliya memang sudah tau dengan kondisi Julia, tapi tetap saja membuat dirinya bingung. Melihat penampilan Julia yang seperti ini membuat kedua temannya mengingat kejadian yang tak mengenakan.

  Baru usai dengan pembelajarannya di perpustakaan, Julia memilih untuk langsung keluar dari gedung buku itu. Sudah menjadi kebiasaan saat selesai dengan kampusnya, Julia akan pergi menghabiskan waktu di perpustakaan.

Jalanan terpantau ramai, terlebih lagi besok adalah hari libur. Perempuan itu memilih untuk pergi ke salah satu cafe yang yang berada di sebrang.

"Mba, saya pesan cappucino satu." Setelah memesan, Julia langsung mencaci tempat duduk yang terpojok dan sepi.

Pandangannya menangkap sekitar yang ramai di setiap meja.

Beberapa menit menunggu, akhirnya pesanan Julia sudah jadi. Tapi Julia baru ingat jika lupa menitip pesan untuk tidak menggunakan gelas kaca. Tapi karena pesanannya sudah di antar, jadi Julia mengabaikan itu.

"Terima kasih.."

Julia mengambil buku komik favoritnya dari tasnya. Julia menyimpan sejenak tentang pembelajarannya.

Tiba-tiba Julia mendengar samar suara yang tak asing di telinganya, pikirannya berputar pada sesuatu yang buruk.

Julia menatap gelas kaca di depannya, tangannya mengepal menahan suara yang dapat membuatnya tak bisa mengontrol dirinya.

'Ayah meninggal gara-gara kamu, Julia.'  kalimat itu berputar putar dalam telinganya.

Pikirannya menangkap penggalan-penggalan memori yang ingin, ia lupakan. Matanya terpejam dan tangannya semakin mengepal kuat.

Tertulis Indah (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang