Suara Hujan

12 7 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim..

Happy reading...

***


Rana menunggu kehadiran seseorang yang akan mengatarnya ke suatu tempat. Walaupun langit mendung tapi Rana tetap memaksa untuk pergi.

Tak selang lama, mobil hitam klasik sampai di depannya. Seseorang di dalamnya langsung menyuruh Rana masuk dan segera melajukan mobilnya ke tempat yang di tuju.

Di dalam mobil sunyi tanpa suara, sampai akhirnya  lelaki yang menyetir itu berdehem memecahkan keheningan.

"Seharusnya kamu pergi sebelum jam empat sore," ujar lelaki itu.

"Hah? Kenapa, kamu ada janji sama orang lain?" tanya Rana.

Ezra, lelaki itu terkekeh. "Tidak. Hanya saja, ini sudah mau hujan. Bukan'kah kamu tak suka dengan suara hujan?"

Rana mengangguk. "Memang. Sura itu membuat aku tak bisa apa-apa."

"Tapi, aku harus bisa melawan rasa itu. Bagaimanapun dibalik itu, ada harapan yang tumbuh ."

Rana tersenyum seraya menatap lurus. "Dan aku memutuskan untuk berhenti menkonsumsi obat."

Ezra menatap heran. "Bagaimana dengan kondisi kamu?"

"Aku sudah baik-baik saja. Jangan sampai aku terus mengandalkan obat." Ezra tak membalas ucapan Rana, ia hanya diam.

Saat jadwal Rana konsultasi Ezra akan mengantarkannya. Belakangan ini Afar kembali di sibukan dengan urusan kebunnya dan memutuskan untuk menyuruh Ezra yang mewakili.

"Maaf, ya. Belakang ini aku sering ganggu waktu kamu," ujar Rana seraya menatap sekilas Ezra.

Lelaki itu tersenyum lalu menggeleng. "Gak, papa. Aku juga banyak waktu luang."

"Oh, iya. Ra, apa kejadian yang bersangkutan dengan mama, yang membuat kamu jadi seperti ini?" tanya Ezra.

"Kejadian apa?" tanya Rana, seraya mencoba mengingat kejadian apa yang di maksud.

"Kamu, tidak mengingatnya?" Rana masih mencoba mengingat apa yang di maksud. Tak ada yang menggambarkan dalam benaknya.

"Kamu dan mama, pernah terjebak di rumah kecil karena hujan." Mendengar itu, Rana masih mencoba mengingat. Sampai akhirnya, ia menemukan gambaran halus tentang itu.

Mengingat itu Rana menjadi merasa bersalah. "Maaf, ya. Aku benar-benar gak tau kalo kejadian itu membuat kamu, akan kehilangan Tante Mia."

"It's okay. Aku sudah ikhlas," ujar Ezra seraya tersenyum.

"Kamu juga harus ikhlas, Ra. Maafkan dirimu, biarkan masalah-masalah yang tak faedah itu keluar."

Rana mengangguk setuju. Selama perjalanan yang jaraknya cukup jauh, membuat Rana bosan. Tapi, Ezra selalu punya cara agar Rana tak merasa bosan.

Dua jam di habiskan dalam perjalanan. Saat Rana dan Ezra sampai di tempatnya, ia langsung memarkirkan mobilnya. Sebelum menemui seseorang, Rana lebih dulu menghubunginya.

"Za, kamu tunggu di tempat biasanya, ya. Aku gak lama kok," ujar Rana seraya membawa tasnya dan keluar dari mobil.

Rana beberapa kali menarik nafasnya, mencoba menetralkan detak jantungnya. Ia memberanikan diri untuk menanyakan beberapa hal.

Sampai di ruang serba putih itu, Rana langsung di ajak ke pojok ruangan yang pemandangannya langsung menampilkan keasrian alam.

"Hallo, Ra. Bagaimana kabarmu?" tanya perempuan dengan name tag Salsa (S. Psi) di bajunya.

Tertulis Indah (TERBIT)Where stories live. Discover now