Harus serba bisa

8 6 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Happy reading...

***

Pagi-pagi Rana sudah memulai aktivitasnya, di awali dengan pembiasaan pada pagi hari dan menuliskan apa saja yang akan di lakukan di hari itu agar produktif.

Pagi hari dengan cuaca yang dingin memang sangat membuatnya jadi malas dan ingin berselimut hangat. Tapi Rana melawan rasa malasnya agar tidak berkelanjutan malas.

Rana sudah siap dengan pakaian yang biasanya ia kenakan untuk berolahraga. Saat baru saja membuka pintu utama, udara pagi yang dingin membuatnya kembali menutup pintu.

"Kenapa di tutup lagi pintunya?" tanya Elina yang baru saja dari kebun kecil di belakang rumah.

Rana hanya menampilkan senyum canggungnya. "Sudah sana. Daripada di rumah makin dingin. Tapi setelah itu antar ibu ke sawah, ya."

Setelah pamitan, Rana memaksakan diri melawan rasa dinginnya pagi hari. Suasana di luar berkabut, karena semalam hujan terus mengguyur, sampai-sampai kaca jendela berembun.

Rana masih berjalan santai untuk menikmati udara segar. Rana merasa sedang di luar negeri dengan musih dingin.

Walaupun cuaca pagi ini berawan dan berkabut tapi ibu-ibu yang akan pergi ke ladang berjejer di pinggir jalan.

Beberapa kali Rana menyapa ibu-ibu itu. Semangat tak memudar dan cuasa bukan menjadi hambatan.

Sampai di tempat yang cukup sepi dan dirasa cocok untuk Rana berolahraga ia memulai berolahraga dengan berlari kecil mengitari dari itu.

Lagi-lagi Rana bertemu dengan seseorang yang tak asing sedang lari pagi pula. Saat berpapasan  keduanya sama-sama tak saling sapa, seperti orang yang tak saling kenal.

Butuh waktu kurang-lebih satu jam untuk Rana berolahraga. Membiasakan dirinya agar tidak cepet lelah.

Selain itu, olahraga teratur membuat Rana jadi dapat dengan mudah mengontrol dirinya,  daripada sebelumnya. Jika dulu saat Rana kambuh akan diam menyendiri, sekarang ia ubah dengan melakukan kegiatan yang di sukainya.

Rana mengistirahatkan dirinya di dekat sawah dengan pemandangan gunung di depannya. Walaupun Rana tinggal di kota, tapi ini termasuk daerah pelosok dan masih termasuk desa.

Ia teringat dengan benda yang dibawanya. Tangan bergerak mengambil benda berlensa kecil itu di dalam saku jaketnya.

Rana membawa kamera milik ayahnya, untuk mengabadikan gambar yang menurutnya bagus. Rana memotret beberapa orang yang sedang bekerjalan menuju sawah.

Persahabatan orang tua memang tak perlu di khawatirkan. Mereka sama-sama saling bergandeng tangan dan sama-sama saling menjaga.

Sebelum kembali pulang, Rana memotret pemandangan di depannya yang di hiasi sedikit kabut. Di rasa cukup dengan itu, Rana menyimpan kembali kamera dan berjalan menuju arah ke rumahnya.

Sepanjang jalan Rana merasa dirinya berbeda dari sebelumnya. Dan itu yang sebenarnya Rana harapkan, yaitu berubah menjadi lebih baik.

"Neng!" Tiba-tiba ada yang memanggil Rana dari arah saung kecil yang berada di tepi sawah.

Rana tersenyum dan membalas lambaian tangan dari ibu-ibu yang menyapanya. Ia berjalan menuju saung yang di tempati.

Tertulis Indah (TERBIT)Where stories live. Discover now