Pilihanku?

10 6 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Happy reading..

***

Nura bergegas kembali ke rumahnya, setelah hampir seharian berada di sawah. Perasaannya tiba-tiba khawatir pada anak pemudanya.

Saat Nura akan memasuki kamar mandi, tiba-tiba telpon rumahnya berbunyi, membuat Nura mengurungkan niatnya dan mengangkat telponnya.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam warahmatullah.. Tante, ini Julia. Akhirnya tante, angkat telponnya."

"Memang ada apa? Kenapa kaya yang panik gitu."

Julia yang berada di lain tempat itu menarik nafasnya sebelum menjawab. "Aarav, di larikan ke rumah sakit."

Nura masih terdiam, dadanya sesak saat mengetahui bahwa anaknya berada di rumah sakit.

"Rumah sakit mana, Julia."

Setelah mendapatkan di mana lokasinya, Nura segera membersihkan dirinya dan bersiap untuk pergi menemui anaknya.

Nura tidak mungkin pergi sendiri, terlebih lagi dia tidak punya kendaraan. Jarak dari tempatnya menuju ke rumah sakit membutuhkan waktu tiga puluh menit atau lebih. Jadi, ia memilih untuk pergi ke rumah Elina dan meminta untuk mengantarkannya.

Nura meyakinkan dirinya bahwa anaknya baik-baik saja.

Sesampainya di kediamannya Elina, Nura segera mengetuk pintunya, tapi rumah itu terlihat sepi seperti tidak ada orang.

"Elina!" Berapa kali Nura mengucap salam dan memanggil pemilik rumah, tapi tetap tak ada sahutan.

Karena tak ingin membuang waktu, Nura akhirnya meninggal rumah itu dan pergi ke rumah saudaranya yang hanya terlewat dua rumah.

"Bibi!" Nura menoleh saat merasa ada yang memanggilnya.

Perempuan itu menghampiri Nura yang sedang diam memperhatikan. "Kenapa, bi? Maaf tadi aku lagi, di belakang."

"Rana."

"Ada yang bisa di bantu?" tanya Rana.

Nura mengangguk. "Bisa tolong antar, bibi ke rumah sakit?" tanyanya.

Rana mengerutkan keningnya. "Bisa, bi. Tapi, siapa yang sakit?" tanya Rana.

"Nanti bibi, ceritakan di perjalanan. Kita harus berangkat sekarang."

Rana mengangguk. "Bibi tunggu di sini, aku bawa mobil dulu."

Rana langsung berlari ke arah rumahnya untuk mengambil mobilnya. Karena Afar sedang ada urusan di masjid dan Elina belum kembali dari sawah, jadi Rana hanya menyimpan secarik kertas untuk menjadi surat izin, supaya orang tuanya tidak khawatir.

Di perjalanan, wajah Nura sangat terlihat khawatir. Matanya yang memerah dan nafasnya yang tak tenang.

"Sebenarnya, siapa yang sakit, bi?" tanya Rana.

Tertulis Indah (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang