Di balik mata itu..

12 8 3
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Happy reading...

***

Usai dengan kelas ke dua, tiga sekawan ini pergi ke luar kelas untuk mencari udara segar. Duduk di dekat perpustakaan memang pilihan yang tepat, karena area itu sunyi.

Obrolannya terhenti saat salah satu dari mereka tiba-tiba diam karena samar mendengar suara gaduh dari arah sekolah yang bersebelahan.

Lelaki itu beranjak dan menghampiri ujung pager untuk melihat apa yang terjadi. Pandangannya tertuju pada beberapa siswa yang sedang di kumpulkan di tengah lapangan dengan teriknya matahari.

Dua temannya ikut menyusul. "Kenapa, nih?"

Aarav terdiam melihat itu, rasanya seperti sedang melihat dirinya saat masih sekolah.

"Gue inget banget waktu ada di posisi itu gara-gara ketauan bolos."

"Rasa sakitnya sudah menghilang, tapi ingatan tak menghilang." Aarav mengangguk setuju.

Ketiga lelaki itu sama-sama memutar kembali memorinya saat sewaktu sekolah.

Fahar berlari tanpa suara ke arah belakang sekolah mengajak kedua temannya untuk bolos dan keluar melalui pagar belakang sekolah.

"Lo, dulu! Gue jaga di sini." Fahar celingak-celinguk memperhatikan sekitarnya.

Aarav dan Arvin berhasil memanjat pagar untuk keluar dari lingkungan sekolah. "Cepetan! gue jagain. Keburu pak Soleh, datang." Baru dua kali kakinya bergerak memanjat, suara tegas dari arah belakang bergema membuat dua pemuda di luar gerbang lari bersembunyi.

Fahar hanya bisa diam tak melanjutkan memanjatnya. "Turun, kamu!" Fahar masih bersikukuh diam.

Lelaki itu memejamkan matanya, biasanya jika jam pelajaran pak Soleh akan diam di kantin dan rencana bolosnya berhasil. Tapi kali ini gagal.

Fahar terpaksa turun dan tak melanjutkan acara bolosnya. "Maaf, pak."

Sorot mata tajam membuat Fahar tertunduk dan segan menatap guru di depannya. Pak Soleh menarik kasar tangan Fahar menuju ke ruang guru. Tapi sebelumnya, menyuruh penjaga sekolah untuk mencari keberadaan Aarav dan Arvin.

"Lihat'lah, Bu. Murid yang guru-guru banggakan, dia mencoba bolos. Ini masih jam pelajaran, apa gak cukup waktu istirahatnya?" Pak Soleh berucap di depan para guru yang sedang tidak jam pelajaran.

"Baju di keluarin, tangan pake gelang, celana sobek." Pak Soleh berucap seraya menarik baju seragam putih Fahar yang lusuh.

Tak selang lama, penjaga sekolah itu datang dengan di sisi kanan kirinya membawa Aarav dan Arvin. Penjaga sekolah itu mendorong kasar Aarav dan Arvin, jika keduanya tak memiliki tumpuan pada dirinya, mungkin ia akan terjatuh di depan guru-guru.

Berjejer sudah tiga pemuda itu di lapangan yang matahari sedang berada di atas kepala. Berdiri mereka membuat para siswa-siswi penasaran dan menjadi pusat perhatian.

Aarav, Fahar, dan Arvin sudah tak kaget melihat wajah merah padam Pak Soleh yang menahan emosinya.

"Apa-apaan, kalian ini! Sudah saya ingatkan beberapa kali, jangan berani-beraninya untuk bolos!"

Tertulis Indah (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang