Ruang Cerita

18 11 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Happy reading...

***

Nada menyadarkan tubuhnya di kursi kebanggaannya dengan sekitarnya bernuansa putih. Ruangan yang biasanya beraroma obat sekarang berganti menjadi aroma terapi yang menenangkan.

Nada baru beberapa hari bekerja di rumah sakit ini. Membuatnya harus banyak beradaptasi lagi. Nada biasanya datang lebih siang, tapi karena tadi pagi ada panggilan dari rumah sakit, membuat harus datang lebih pagi.

Sedari tadi pagi, banyak pasien dengan keluhan sakit pada perutnya, terlebih lagi anak-anak.

Nada beranjak dari kursinya lalu berjalan ke arah rak data pasien. Nada melihat banyaknya tumpukan kertas, Nada melihat keluhan yang sama pada setiap pasien.

Setiap Nada bertanya alasannya, wali dari pasien itu selalu menyangkal membuat hanya bisa memberikan obat pereda nyeri dan memberikan antibiotik.

Nada memutuskan untuk menghampiri meja informasi yang tak jauh dari ruangannya. Nada merasa ada yang janggal, karena hampir setiap hari selalu ada pasien dengan keluhan yang sama.

Sesampainya di meja informasi Nada mendekati salah satu perawat yang sedang terduduk santai. "Eh, dok." Nada membalasnya dengan senyuman.

"Saya mau tanya," ucap Nada. Perawat itu menganggukan kepalanya.

"Sudah berapa lama pasien datang dengan keluhan yang sama?" Mendengar pertanyaan itu, perawat itu langsung menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Sebenarnya--" ucapan perawat itu terhenti saat mendengar Nada di sapa dari arah belakang.

Nada mencari sumber suara. "Fathia?"

Nada menghampiri temannya saat sekolah dulu. Mereka terpisah karena sama-sama mengejar mimpinya.

"Siapa yang sakit?" tanya Nada.

Fathia tersenyum kecil. "Enggak, kok. Cuman, belakangan ini murid-muridku banyak yang mengeluh sakit perut."

"Kalo boleh tau, sejak kapan?"

"Sejak satu minggu yang lalu."

Nada terkejut mendengar jawaban Fathia. "Kenapa baru hari di tindak lanjut? Itu bahaya," ujar Nada.

"Wali murid selalu menentang saat akan di periksa."

Nada dan Fathia akhirnya membuat rencana agar tidak lagi ada murid-murid yang terganggu masa belajarnya karena perut yang sakit.

Sore hari saat Nada selesai dengan tugasnya, ia mampir ke salah satu taman yang tak jauh dari rumah sakit. Nada pergi tak sendiri, ia kembali bersama Fathia untuk saling bertukar cerita.

Selama di taman, Nada dan Fathia sama-sama bercerita pengalaman menjadi dokter dan guru. Dua profesi ini bukan hal yang mudah, banyak hal yang harus di korbankan.

"Nada, gimana sekarang, kamu sudah benar-benar menjadi dokter yang hebat."

Nada melirik ke arah Fathia seraya tersenyum. "Alhamdulillah.. walaupun awalnya mau nyerah aja. Menjadi dokter itu bukan sesuatu hal mudah. Tapi aku suka, karena dengan aku menjadi dokter, aku bisa dekat dengan anak-anak."

Tertulis Indah (TERBIT)Where stories live. Discover now