Mimpi Dalam Mimpi?

14 10 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Happy reading..

***

"Rana, bangun! kamu gak sekolah?" Suara nyaring itu masuk ke indra pendengaran Rana. Rana perlahan membuka matanya dan saat tersadar dari tidurnya, Rana terkejut dengan kondisi kamarnya.

Rana mencari keberadaan Haya, karena seingatnya ia meletakan Haya tepat di sebelahnya.  Rana beranjak dari tempat tidurnya berniat mencari keberadaan Haya, tapi langkahnya terhenti saat ia melewati cermin.

Rana membekap mulutnya saat melihat penampilannya. Beberapa kali ia mendekatkan dirinya untuk melihat lebih jelas.

"Rana, cepat. Sudah mau jam tujuh!" Suara ibunya kembali terdengar. Tanpa berfikir panjang, Rana langsung membuka pintu kamar dan menghampiri sumber suara.

"Aaaa...." Rana berteriak saat melihat orang tuanya kembali muda.

Elina hanya menggelengkan kepalanya dan Afar menatap heran putrinya. "I-ibu, a-ayah..."

Afar yang sedang terduduk dan membaca koran, beranjak dan menepuk pundak Rana. "Cepat, bersiap. Ayah, akan antarkan."

"Rana Alishba," ujar Elina dengan suara yang mengecil, tanda bahaya. Rana langsung kembali ke dalam kamarnya untuk bersiap. Walaupun dirinya masih bingung dengan semuanya. 'Apa ini mimpi?'

Rana mencubit keras kulit tangan dan menampar pipinya agar tersadar. "Aww.. Sakit. Berarti ini bukan mimpi?"

Rana membuka laci meja belajarnya, mencari ponselnya. Tapi pandangan tertuju pada kalender di yang berada di atas lemari buku. "2008?"

"Rana!"

"Iya, bu. Rana sudah siap!"

Setelah Rana berpamitan, Rana langsung berangkat di antar Afar dengan motor gigi yang selalu mengantarkannya kemana saja.

Selama dalam perjalanan, Rana masih berfikir apa ini mimpi atau kehidupan yang sebelumnya itu mimpi. Benaknya belum selesai dengan mencerna hal ini.

Sebelum Afar meninggalkan Rana, ia menyerahkan ponsel genggam yang hanya dapat menelpon dan mengirim pesan. "Ini ponsel lama ayah. Kamu pakai ini dulu saja, ya." Rana hanya menerima dan menganggukkan kepalanya.

Rana melangkah memasuki area kampus yang luas. Saat akan menaiki tangga untuk menuju kelasnya, langkahnya terhenti saat mendengar ada yang memanggil namanya.

"Julia?"  Rana terdiam saat melihat Julia didepannya. Perempuan dengan rambut sebahu itu memberikan senyumannya pada Rana.

Rana melangkah menghampiri lalu memeluk perempuan itu. Julia menatap heran Rana, tapi ia tetap membalas pelukannya.

"Kamu, kenapa?" tanya Julia.

Rana menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menunda pikirannya yang bertanya-tanya. "Gimana kalo kita ke kantin," ajak Julia.

Rana mengangguk menyetujui. Sebelum jam pertama masuk, Rana dan Julia menyempatkan untuk sarapan di kantin. Karena Rana tidak bisa belajar dengan perut kosong.

Tertulis Indah (TERBIT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin