Jembatan Permata

24 12 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim..

Happy reading

***

Kejadian hari itu membuat Rana dan Aarav semakin berjarak. Tak banyak komunikasi dari pasangan ini, mereka sama-sama membisu saat bersama.

Rana kembali pada kegiatannya, melupakan kejadian yang menurutnya itu ke tidak sengaja'an.

Siang ini Rana dan Nada kembali bertemu di salah satu jembatan yang pemandangan langsung ciptaan Allah dan itu membuat Rana menjadi luas pandang.

Beberapa hari lalu, Nada bertemu dengan Aarav dan lelaki itu menanyakan perihal Rana. Nada tak menjawab apa-apa, karena ia merasa tak punya hak untuk memberi taukan.

Walaupun matahari sedang terik-teriknya tapi Rana tak merasa gerah karena angin yang menjadi pelengkap.

Tempat yang seperti ini membuat Rana merasa lebih baik, walaupun ia tau bahwa melarikan diri dari masalah itu bukan pilihan yang tepat. Tapi ia masih belum tau apa yang seharusnya di lakukan, selain menenangkan diri.

Sambil menunggu kehadiran Nada, Rana memesan segelas es kopi untuk menemaninya merenung, melerai masalah dalam benaknya.

Selain suka dengan tempat yang luas dan sejuk untuk menenangkan diri. Rana juga suka dengan menulis, ia akan salurkan perasaan apa yang sedang di rasakan yang tak bisa di jelaskan secara langsung.

Rana kembali pada kursinya saat pesanannya sudah selesai. Selain itu, Rana kembali mengetik merangkai huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat dan kalimat menjadi paragraf.

'Tidak ada yang bisa membawa kedamaian selain diri sendiri.'

'Walaupun sulit berjalan di atas bebatuan, tapi setelahnya akan mendapatkan apa yang di harapkan.'

Beberapa kalimat Rana tulis dalam dokumen yang akan menjadi bukunya.

Tak selang lama, Nada datang namun ia tidak mengganggu Rana yang fokus mengetik merangkai kata.

Nada tersenyum hangat ketika melihat sahabatnya dapat tersenyum lagi. Walaupun Nada tau ini di bantu dengan obat.

Entah bagaimana jika  dulu sahabatnya ini telat dalam penanganan. Nada tau seberapa banyak masalah yang Rana hadapi terlebih lagi saat sekolah dulu.

Nada mengingat sewaktu awal Rana menjadi ibu. Beberapa kali Rana mengabaikan Haya, bahkan sampai Haya berusia enam bulan.

Saat Rana sedang merasakan seperti diam tak berjalan. Saat itu juga Rana mengabaikan Haya, merasa dirinya tak pantas dan tak mampu.

Rana belum menyadari kehadiran Nada di depannya. Nada berdehem dan membuat Rana mengangkat pandangannya dari laptop.

"Loh, Nada. Sejak kapan kamu datang?" tanya Rana seraya memindahkan laptopnya.

"Dari tadi. Tapi kamu terlihat fokus, jadi aku ga panggil."

"Kamu mau pesan apa? Biar aku pesan'kan."

"Nanti aja, Ran," balas Nada.

Nada berpindah tempat duduk menjadi di sebelah Rana. "Kamu udah ga papa?" tanya Nada.

Tertulis Indah (TERBIT)Where stories live. Discover now