16: GABRIELLA

118 13 2
                                    

(¯'*•.¸"¤°'✿.。.:* HAPPY READING *.:。.✿'°¤"¸.•*'¯)

Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba. Hari ini adalah pembukaan cafe mini milik Gabi yang sudah dia siapkan selama satu bulan yang dibantu oleh teman-temannya, pacar, dan juga Ibu angkatnya.

Gabi menatap seluruh tamu undangan dan pengunjung yang sangat ramai datang ke acara pembukaan cafe mini miliknya. Acara pembukaan sudah dimulai, Gabi pun sudah memberikan pidato sedikit.

Kini Gabi tengah menyambut para tamu undangan yang dia undang. Mulai dari guru sekolah, orang tua Xavier, serta Opa dan Oma. Orang tua Gabi? Gadis itu sudah mengirimkan undangan, namun sudah pasti mereka tidak akan datang.

Gabi menghampiri orang tua Xavier. "Bunda," panggil Gabi. Sebenarnya dia masih sedikit canggung karena memanggil 'bunda'kepada Ibu Xavier, namun semua itu atas permintaan orang tua Xavier sendiri.

Sanniya dan Arsen menatap ke arah seorang gadis yang menggunakan dress hitam, serta riasan make up tipis. "Gabi... Kamu hebat sekali, nak, cafe ini sangat bagus," kata Bunda Sanniya.

"Makasih, Bun." Gabi tersenyum manis.

Xavier datang menghampiri mereka bertiga. Pria itu memeluk pinggang Gabi lalu menatap kedua orang tuanya yang menyempatkan hadir ke acara pacarnya.

"Gimana? Pacarku hebatkan? Dia bahkan bisa membuka cafe diusia yang masih muda," celetuk Xavier dengan memamerkan pacarnya.

"Ya, Gabi yang hebat. Kamu mah kalah,Vi, malah kalau kata Ayah dia terlalu bagus untukmu," ledek Ayah Arsen.

Mendengar hal itu Xavier menatap datar sang Ayah. "Ayah sok asik," ketus Xavier.

Arsen terkekeh kecil melihat putranya yang kesal kepada dirinya. Sanniya hanya menggelengkan kepalanya. Wanita itu mengelus pipi Gabi dengan lembut. "Gabi, semoga semakin maju cafe kamu. Bunda akan sering datang ke sini sama Xavi," ucap Bunda Sanniya.

"Makasih, Bunda. Kalian sering-sering ke sini, apalagi kalau aku mau mengeluarkan menu baru," kata Gabi kepada mereka.

"Ayah hanya bisa ke sini sebulan sekali. Besok juga sudah mulai terbang lagi," ujar Ayah Arsen.

Gabi mengangguk paham. Ayah Xavier memang sangat sibuk. Terkadang bisa lima hari baru pulang ke rumah, dan biasanya akan membawa pesawat keluar negeri.

Gabi menatap ke arah Opa dan Oma yang sudah datang. Gadis itu menatap pacar dan orang tua pacarnya secara bergantian. "Gabi ke sana, ya. Kalian kalau ada apa-apa bisa panggil pegawai aku," ujar Gabi.

Mereka menganggukkan kepala. Gabi pun pergi dari hadapan mereka lalu menghampiri Opa dan Oma yang tengah berbicara dengan Ibu angkatnya, Mirna.

Gabi tersenyum kepada mereka. "Hai," sapa Gabi.

Wenny memeluk cucu kesayangannya dengan erat. "Cucu kesayangan Oma sangat hebat, diusia yang masih muda kamu sudah bisa membangun cafe," kata Oma lembut.

"Tapi semuanya juga bisa membangun cafe kok," sahut Gabi.

"Memang bisa, tapi belum tentu pada berani mengambil keputusan yang besar seperti ini," ucap Opa kepada Gabi.

Gabi hanya mengangguk. Dia menatap sekitar cafe miliknya, tidak ada tanda-tanda kedua orang tuanya akan datang. Wenny, Theo, dan Mirna menatap bingung gadis itu yang tiba-tiba terlihat sangat sedih.

Mirna mengulumkan senyumannya. "Ada apa, Nak?"

"Mereka ngga datang, ya," gumam Gabi pelan, tetapi ketiga orang dewasa itu dapat mendengarnya.

Theo menatap sendu cucunya. Ia tahu siapa yang dimaksud oleh Gabi, tentu saja orang tua gadis itu sendiri. "Sudahlah. Orang tuamu jangan di harapkan, mereka sudah tertutup hatinya," kata Opa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GABRIELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang