10: Pasar Malem

134 10 1
                                    

(¯'*•.¸"¤°'✿.。.:* HAPPY READING *.:。.✿'°¤"¸.•*'¯)

°Jangan lupa vote dan komen ya😉

•••••••••••

Keesokan harinya Gabi kembali ke sekolah dengan bersama Xavier. Keduanya berjalan di koridor sekolah bersama seraya mengobrol bareng. Sesekali Xavier tertawa dengan mengelus kepala Gabi lembut.

Xavier membawa pacarnya ke ruang osis terlebih dahulu untuk meletakan sebuah berkas. Hari ini hari terakhir dirinya menjadi ketua osis, karena masa jabatan dia akan berakhir dan akan di gantikan dengan anak-anak kelas XI.

Berhubung Xavier sudah kelas XII tidak dapat menjadi ketua osis lagi. Dia harus fokus dengan kelulusan yang sebentar lagi akan datang.

Gabi memasuki ruang osis yang di dalam sana ada Azzam, Keenan.

"Ciee bentar lagi nggak bakal jadi osis lagi. Bebas kalian dari rapat-rapat sekolah," celetuk Gabi.

"Iya sih, tapi sedih juga cuy. Biasanya gue selalu ada alasan pulang telat karena ada urusan osis, tapi sekarang udah nggak bisa lagi," sahut Azzam.

"Bagus dong. Jadi, sekarang lo semua hanya harus fokus ke ujian kelulusan aja. Beberapa bulan lagi kita bakal lulus lho," kata Gabi.

Azzam menunjuk wajah sedihnya, "Jangan gitu dong, Gab. Gue jadi sedih kalau diingetin bakal lulus, nggak rela gue mau ninggalin sekolah ini."

"Alay lo. Kalau lo nggak lulus tinggal bilang ke guru, nanti selamanya lo jadi anak SMA," ejek Keenan.

Azzam memukul pundak Keenan kuat, "Diem deh lo."

Gabi terkekeh pelan melihat tingkah mereka berdua. Xavier kembali menghampiri pacarnya, "Bro, itu laporan yang kemarin udah gue taro diatas meja," ucap Xavier kepada kedua sahabatnya.

"Itu laporan apa njir?" tanya Azzam.

Xavier mengedikkan bahunya, "Sih sekertaris suruh gue print, ya, gue print aja. Tanya ke sekertaris nanti," jawab Xavier lalu membawa pacarnya keluar dari ruang osis.

Azzam dan Keenan saling melemparkan tatapan.

Sedangkan Xavier membawa pacarnya ke pinggir lapangan sekolah dan duduk disebuah kursi panjang yang kososng. Gabi melirik ke arah Xavier yang lebih tinggi darinya.

Xavier merapihkan rambut Gabi yang sedikit berantakan.

"So, gimana kemarin sama Reynan? Seru nggak?" tanya Xavier lembut.

Gabi mengangguk pelan, "Seru. Makasih kamu udah izinin Reynan jalan sama aku. Kamu percaya sama aku, kan?" ujar Gabi dengan menatap pacarnya.

"Of course. Lagian kamu sama dia jalan karena mau curhat, kan? Aku nggak masalah. Asal kalian tahu batasan sebagai seorang sahabat," jelas Xavier dengan menggunakan nada lembut.

Gabi tersenyum senang, "Gimana kalau nanti malem kita ke pasar malem? Sebagai gantinya kamu udah izinin aku keluar sama Reynan. Kali ini aku bakal nemenin kamu," kata Gabi lembut.

Xavier berpikir sejenak, "Mau nggak ya?" Xavier pura-pura berpikir seraya melirik ke arah Gabi.

"Kalau nggak bisa gapapa," ucap Gabi dengan tersenyum.

Xavier mengulumkan senyumannya, ia pat-pat kepala Gabi lembut, "Bisa, Sayang. Apapun untukmu. Malem nanti kita ke pasar malem ya," ujar Xavier.

Gabi tersenyum malu. Pipinya merah merona. Perlakuan Xavier selalu membuatnya salah tingkah seperti saat ini.

Sedangkan di tempat lain Reynan menarik pergelangan tangan seorang gadis. Reynan membawa gadis itu ke taman belakang sekolah. Ketika sudah tiba di taman belakang sekolah, Reynan melepaskan cengkraman tangan gadis itu.

GABRIELLAWhere stories live. Discover now