09: Jangan Menyerah

130 13 1
                                    

(¯'*•.¸"¤°'✿.。.:* HAPPY READING *.:。.✿'°¤"¸.•*'¯)

°Jangan lupa vote dan komen ya😉

•••••••••••

Sore pun tiba. Reynan kembali ke rumah dengan di anterin oleh Keenan menggunakan mototor. Motor Keenan berhenti didepan rumah orang tua Reynan. Keenan melepaskan helm-nya, ia melihat ke arah teras dan melihat bokap Reynan sudah duduk dikursi teras.

Reynan tersenyum tipis, "Makasih lo udah anter gue pulang," ucap Reynan.

"Santai. Tapi ada bokap lo tuh," ujar Keenan kepada Reynan.

"Iya. Mending lo cepet balik deh, gue takut tuh orang marahin lo," kata Reynan dengan menyuruh Keenan pulang.

Keenan menepuk pundak Reynan, "Lo kalau ada apa-apa kabarin gue." Reynan mengangguk pelan. Keenan pun pergi kembali menjalankan motornya.

Setelah Keenan pergi barulah Reynan masuk ke dalam rumahnya. Reynan menatap sang papa yang sudah menatapnya dengan tajam.

Pria berusia empat puluh tahun itu bangkit dari duduknya. Ia menatap tajam Reynan, "Sudah bosen hidup kamu? Berani sekali pulang jam sekali!"

"Maaf, pa. Tadi aku bantuin Gabi," ucap Reynan.

Rangga, papa kandung dari Reynan menatap tajam putranya, "ALASAN KAMU! SUDAH BOLOS, SEKARANG BERANI PULANG SORE?" sentak Papa Rangga tajam.

Reynan menundukkan kepalanya, "Maaf."

Rangga mendorong tubuh putranya dengan kuat hingga terjatuh di lantai. Pria itu menarik kaki Reynan dengan kuat ke dalam rumah. Reynan hanya bisa diem ketika sang Papa akan menyiksanya lagi.

Tubuh Reynan di hempaskan ke lantai oleh Rangga.

"Kamu itu benar-benar anak tidak tahu di untung, Reynan! Masih untung saya mau mengurusmu! Tapi kamu yang di urus dari kecil sama sekali tidak tahu diri! Contoh itu Raka. Dia tidak sepertimu yang suka kelayapan!" cetus Papa Rangga dengan pedas.

Reynan menundukkan kepalanya, "Maaf, Pa."

Rangga mengambil sebuah rotan panjang yang membuat tubuh Reynan bergetar, "Pa, aku mohon jangan. Badan Reynan masih sakit, Pa," lirih Reynan.

Plakk!

Satu tamparan mengenai wajah Reynan kencang, "JANGAN PERNAH MEMOHON KEPADA SAYA, ANAK SIALAN!" Teriak Papa Rangga lantang.

Rotan yang dia pegang terangkat ke atas. Mata Reynan terpejam seraya menahan rasa sakit.

Ctarss

Ctarss

Ctarss

Tiga cambukan mengenai punggung Reynan yang masih terluka. Pria itu menjerit kesakitan.

"PA, AMPUN! REY MINTA MAAF, PA!" Jerit Reynan ketika sang Papa tidak berhenti memukulnya.

Kali bagian kaki, tangannya yang di pukul. Rangga seakan-akan tuli. Dia tak mendengar teriakan dan jeritan dari Reynan.

Reynan meringkuk kesakitan di lantai, "Pa, ampun. Sakit," lirih Reynan.

Rangga melempar rontan ke sembarang tempat. Pria itu berjongkok di hadapan Reynan, "Dengar ini, kalau kamu masih mau hidup, dengerin semua apa kata saya! Berani kamu melawan? Saya pastikan kamu akan mendapatkan yang lebih daripada ini!" ancam Papa Rangga.

Ia pun pergi begitu saja meninggalkan Reynan. Sejak tadi Raka sebagai anak pertama di keluarganya hanya memperhatikan itu semua. Dia tak mencoba melindungi adiknya. Setelah itu Raka pergi kembali ke dalam kamarnya.

GABRIELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang