14: We and the Rain

102 4 1
                                    

HAPPY READING!

Sebuah motor berhenti di depan gerbang rumah besar. Di depan gerbang seorang gadis sudah berdiri seraya menunggu seseorang. Ia membuka helm-nya lalu menatap ke arah gadis itu. "Sorry lama, Star," ujar Reynan kepada Starla.

Starla mengulumkan senyumannya. "Gapapa, Rey. Kita berangkat sekarang aja, pasti yang lain udah nunggu kita," kata Starla dengan naik ke atas motor Reynan.

Mereka akan berkumpul di apartemen Keenan untuk mengerjakan tugas masing-masing dalam pembukaan cafe Gabi. Reynan dan Starla akan membuat poster dan brosur promosi.

Sedangkan di apartemen Keenan semuanya sudah dateng, terkecuali Reynan dan Starla. Keempat pria itu sibuk dengan urusannya masing-masing. Keenan sibuk membuat desain cafe, Raskal dan Azzam sibuk mengatur gitar mereka.

Keenan meletakkan ipad miliknya, pria itu merenggangkan tubuhnya yang terasa sangat pegal. Damian sekilas melirik ke arah desain Keenan yang sudah hampir selesai.

Damian berdecak kagum melihat hasil Keenan. "Bagus banget. Lo kenapa enggak mau jadi arsitektur? Desain lo selalu bagus," ujar Damian.

"Enggak minat," jawab Keenan singkat.

"Enggak minat atau takut diamuk orang tua lo?" ledek Damian.

Keenan memutarkan bola matanya malas. "Berisik," ketus Keenan yang malas meladeni Damian.

Sedangkan Damian hanya terkekeh pelan. Dia tahu cita-cita Keenan. Pria itu tidak ingin menjadi arsitektur, tetapi ingin menjadi seorang Dokter yang hebat.

Hanya saja dari keluarga Keenan tidak akan mendukung. Hal itu membuat Keenan merasa tidak tahu rasa kemana, dan apa yang harus dia lakukan untuk masa depannya sendiri. Ia berpikir, untuk apa dirinya memikirkan masa depannya, jika orang tua dia sendiri yang mengatur masa depannya.

Damian teringat sesuatu. "Keenan, lo udah tau soal orang tua Gabi yang ada di Jakarta?" celetuk Damian.

"Enggak. Lo tau darimana? Gabi cerita ke lo?" tanya Keenan.

Damian menggelengkan kepalanya, namun pria itu menunjukkan sebuah postingan instagram. "Gue rasa Gabi tau soal ini, tapi dia enggak mau bilang ke kita," ujar Damian.

Keenan menghela nafas panjang. "Gabi kebiasaan. Kalau terjadi sesuatu sama dia pasti enggak mau bilang ke kita," ucap Keenan yang gemas dengan tingkah Gabi.

"Lo kayak nggak tau dia aja. Gabi sama Reynan sama. Mereka susah disuruh untuk cerita kalau nggak kita paksa," kata Damian.

Sejak tadi Azam dan Raskal menyimak percakapan mereka berdua, namun kali ini mereka sangat penasaran. Raskal berdeham pelan. "Sorry kalau lancang, emang orang tuanya Gabi sejahat itu?" celetuk Raskal dengan hati-hati.

"Banget. Papa sama Mamanya Gabi itu saling membenci, padahal dulu kalau kata orang tua gue mereka itu teman dekat. Cuman karena perjodohan semua kebaikan yang pernah mereka lakukan bersama berubah menjadi rasa benci," pungkas Keenan yang sudah mengetahui tentang keluarga Gabi dari orang tuanya.

Azam mengerutkan keningnya. "Berarti si Gabi itu korban keegoisan orang tuanya? Dari apa yang lo bilang tadi gue bisa menyimpulkan begitu," ujar Azam.

Keenan menganggukkan kepalanya. "Iya. Makanya dulu sebelum kenal Xavier si Gabi nakal banget."

"Tapi dia begitu supaya di perhatikan orang tuanya aja. Aslinya Gabi itu punya hati yang baik dan lembut, jarang ada orang yang tau sifat aslinya dia gimana," timpal Damian.

Azam dan Raskal menganggukkan kepala mereka. Sekarang mereka paham dengan apa yang terjadi antara Gabi dan orang tuanya sendiri. Kalau di katakan gila, memang benar. Darren dan Tania sangat gila membuat seorang anak tak bersalah menjadi korban keegoisan mereka.

GABRIELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang