Chapter: 50

292 33 0
                                    

"Astaga! Ada apa dengan matamu? Kenapa bengkak sekali?" Hee so bergerak cepat menuntun adiknya untuk duduk.

Mereka sedang di cafetaria rumah sakit. Beberapa jam yang lalu, Hee So menghubungi Sean, tapi remaja itu tidak mengangkatnya. Berakhir ia menelpon orang tua Sean dan dikabari jika Sean berada di rumah sakit guna membantu Zein.

Ah, kebetulan sekali. Hari ini, Hee So juga berniat ke rumah sakit, sepertinya sistem pencernaannya bermasalah karena akhir-akhir ini perutnya terasa begah, ia jadi tidak nafsu makan.

"Kenapa Noona bisa tahu keberadaanku?" Tanyanya dengan suara serak, kini mereka duduk berhadapan dengan secangkir kopi yang sempat Hee So pesan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku Sean,"

Sean bungkam, tapi ia ikut menyeruput kopinya pelan.

"Aku dengar dari paman Zein, semalam kau datang ke rumah sakit begitu larut membawa eumm ... temanmu yang sedang sakit, apa karena itu kau menangis? Matamu sangat bengkak tahu." Lanjut Hee So bertanya, gadis itu mengamati wajah Sean yang benar-benar bengkak, juga lingkar panda di bawah matanya.

Sean menyimpan cup kopinya, lantas menatap lamat gadis yang selama ini mendeklarasikan dirinya sebagai kakak, kendati demikian tatapan Sean begitu dalam. "Noona, ada banyak hal yang tidak perlu kau khawatirkan, termasuk aku. Aku sudah besar."

Menyadari jika Sean berujar datar tanpa ekspresi membuatnya sadar, jika Sean dalam keadaan suasana yang buruk, mungkin? Akhirnya Hee So berdehem pelan, kali ini ia berujar cukup ragu, "Heem ... seharusnya aku tidak terlalu mengkhawatirkan dirimu."

Jujur, ada perasaan aneh di sini. Kenapa Sean terasa beda dari biasanya? Ia terlihat seperti ... menjaga jarak?!

"Ada apa Nuna menemuiku pagi-pagi begini?"

Seolah ingat tujuan awalnya, Hee So membuka tas dan menyerahkan sekotak hadiah yang sempat Sean titipkan pada sang ibu. "Ini hadiah yang kau titipkan pada eomma untukku, tapi ...,"

Hee So menggeser kotak itu ke depan Sean, "Maaf, tapi sepertinya aku akan mengembalikan hadiah ini kepadamu. Aku tidak bisa menerima tiket liburan berdua ini." Jelasnya penuh sesal.

Sean menaikan sebelah alisnya, "Apa maksudmu, Noona?"

Meski ragu untuk mengatakannya, tapi sepertinya ini cara satu-satunya bagi Hee So untuk mengatakan yang sebenarnya pada Sean. Karena kalau dibiarkan, ia takut perasaan Sean semakin besar.

Oh ayolah, dirinya tidak bodoh jika adik angkatnya ini menyukainya.

"Sean, kau pasti paham maksudku. Kita memang tidak saudara sedarah, tapi tetap saja hubungan lebih dari pada sayang antara saudara itu dilarang, ini tidak benar,"

"Selama kau tinggal bersama kami, aku tentu merasakannya. Dan nunamu ini harap, kita bisa hidup menjalani kehidupan dewasa masing-masing." Lanjutnya menjelaskan dengan pelan, sungguh ia takut jika Sean akan salah paham atau lebih jauhnya akan marah.

Hee So mulai menggenggam tangan Sean yang berada di atas meja, lalu menyerahkan kotak itu pada tangannya, "Tiket liburan darimu ini untuk couple, maka berliburlah dengan pasanganmu, jangan mengajak Noona." Jelasnya penuh perhatian.

Hening untuk beberapa saat, tapi tatapan Sean tetap fokus menatap ke depan, tepat pada Hee So.

Suaranya parau, "Noona ..."

Hee So mulai berbicara lagi, "Maaf Sean, aku benar-benar minta maaf." Layaknya seorang kakak yang memberi pengertian pada adiknya, wajahnya benar-benar penuh sesal menatap Sean begitu pengertian.

Diperlakukan seperti itu akhirnya Sean hanya bisa menghela napas, ia menyimpan kembali kotak kado itu di hadapan Hee So lantas dirinya bersedekap dada, "Noona, sebenarnya hadiah ini sengaja aku belikan bukan untuk kita," Ucapannya terjeda, menatap Hee So guna memfokuskan tatapannya.

WANG MIN Where stories live. Discover now