Chapter: 40

2.3K 152 9
                                    

Remaja berusia tujuh belas tahun itu terkekeh pelan saat mendapati ekspresi ibunya yang terkejut, tapi jatuhnya malah menggemaskan, "Aku mendengarkan semua percakapan appa dengan hantu itu, jadi aku pikir jika aku ikut mati juga, maka akan reinkarnasi dan bisa menemuimu eomma,"

"Tapi sayangnya aku tidak reinkarnasi seperti appa, fisik dan jiwaku ikut masuk ke dunia ini. Aku sempat kesulitan menemukan appa, tapi akhirnya kami bertemu dan untungnya memori appa mengingat tentang kita."

Zea memeluk kepala putranya di dadanya betapa ia menyayangi anak semata wayangnya itu, "Tapi sayang, kenapa kau terlihat dewasa, usiamu terlihat beberapa tahun lebih muda dari eomma."

Yun Gi menatap tidak suka posisi putranya, jadi ia menyingkirkan kepala Sean dari dada istrinya dengan telunjuk.

Sean mencebikkan bibirnya, sedangkan sang ayah menatap datar. "Karena Sean menyusulku terjun ke sungai, ia tidak melakukan ikatan perjanjian apapun pada nenek tua itu, sedangkan aku berjanji akan menemuimu sayang. Sepertinya, karena hal itulah terjadi pergeseran waktu."

"Aku berreinkarnasi sedangkan putra kita malah fisik dan jiwanya secara sempurna masuk paralel dimensi dunia ini. Pada dasarnya, kami terpisah secara proses."

Yun Gi menambahkan, "Selain itu, saat Sean menyusulku terjun ke sungai, ia baru berusia dua belas tahun. Dan karena pergeseran waktu pula, dia datang ke masa sekarang terlalu awal, lebih tepatnya lima tahun lebih awal. Mungkin saat sayangku ini masih menempuh belajar di bangku kuliah."

Zea hanya bisa membuka mulutnya, mencerna semuanya dengan kepala dingin, siapa pun yang mendengarnya mungkin akan menganggap bahwa mereka bertiga sudah gila. Atau tidak, menganggap mereka kumpulan orang yang baru saja menyesap sabu-sabu.

"Kau tahu eomma, semenjak tahu semua cerita eomma dari bibi Hyuna, aku rajin membaca bukumu, aku juga belajar kedokteran dari paman Soo Ho, dan belajar bela diri dari paman Husok."

Zea tersenyum, ia mengusap kepala putranya lembut, "Anak eomma memang pintar, eomma bangga padamu, sayang."

Badan Sean terasa seperti tersengat aliran listrik, air mata menari-nari di pelupuk matanya. Ah, sekarang pipinya jadi basah lagi. "Sudah lama sekali semenjak aku ingin diperlakukan seperti ini oleh eomma," bibir bawahnya bergetar menatap sang ibu dengan binar polosnya.

Nada suaranya begitu gemetar, "Aku merindukan eomma, bahkan setiap saat."

Zea dengan cepat memeluk putranya lagi, begitu juga Yun Gi yang ikut memeluk dua orang tersayangnya. Jauh dilubuk hati sang ayah itu, ia juga merasakan sakit saat tidak bisa memberikan kasih sayang seorang ibu pada Sean.

Sean mendongak, mencuri kecupan di pipi Zea, "Jadi, setelah sampai di dunia ini dan bertemu dengan appa, aku belajar ilmu kedokteran, berjaga-jaga jika eomma sakit. Aku tidak ingin kehilangan eomma lagi."

"Putra kita ikut andil dalam mengobatimu, sayang. Lihat jubah kedokteran yang ia pakai, itu adalah kerja kerasnya selama lima tahun ini." Timpal sang ayah mengusap kepala putranya lembut.

Semenyebalkan apapun putranya, Yun Gi tidak akan pernah bisa memarahinya.

Zea hanya bisa mengatupkan bibirnya dengan tangis haru, kebahagiaan seolah tidak usai, betapa ia bangga pada putranya, betapa ia mensyukuri pertemuan mereka ini.

WANG MIN Where stories live. Discover now