Chapter: 38

1.9K 170 14
                                    

Kali ini Zea bermimpi lagi, bukan mimpi seperti kebanyakan orang, tapi dirinya terjebak dalam kubangan kegelapan, di dalam lembah gelap yang sama tanpa penerang dengan tubuh yang diselimuti hujan.

Ia terbaring memeluk dirinya sendiri, semua badannya terasa sakit, sangat sakit hingga dirinya kesulitan bernafas.

Dalam tangisnya, ia mendengar suara seseorang yang menangis lebih menyakitkan, tangisannya membuat Zea melupakan rasa sakit yang ia rasakan. Itu suara suaminya, Min Yun Gi. Tangisannya begitu pilu, memanggilnya dengan ratap mohon yang amat menyakitkan.

Zea menatap langit malam yang kelam, dimana suara tangisan itu meraung-raung terdengar di atas awan, "Tidak, aku mohon jangan menangis sayang, aku di sini, aku tidak kemana-mana."

Zea berujar lirih, "Aku tidak pergi kemana pun, aku mendengarkanmu di sini." Namun, suara tangisan itu bukannya mereda, tapi malah menjadi-jadi dengan Zea yang merasakan kesakitan yang luar biasa pada perutnya.

Detik selanjutnya Zea menegang saat suara seorang tabib terdengar, Zea membolakan matanya gusar, ia memegang perutnya dengan gemetar, lantas berujar terbata, "Aku mengandung?"

Air mata kembali membasahi wajahnya, ia menangis tersedu meratapi nasib, kenapa ia bisa kembali kedalam kubangan ini dan sialnya bersama sang buah hati?!!!

Tidak sampai di sana, ia kembali dibuat syok saat suara Soo Ho terdengar, ia bisa mendengarkan jika sistem pencernaannya sudah tidak berfungsi, "Apa artinya itu aku akan mati?" tanyanya bergetar, ia masih berbaring tidak berdaya meratapi langis.

Masalahnya bukan kematian yang ia takutkan, tapi bagaimana dengan buah hatinya yang baru hadir? Bagaimana dengan suaminya yang menunggunya siuman? Zea meringkuk, memeluk tubuhnya sendiri dengan tangisan pilu. Ia membenci situasi yang amat payah ini.

Hari-hari telah berlalu, ia bisa mendengar semua orang yang berbicara, tapi Zea tidak pernah bisa membalasnya. Ia terbelenggu di dunia mimpi ini, dirinya hanya berharap nenek tua itu datang seperti biasa dan membantunya.

Zea begitu menderita karena tidak ada yang mendengar tangisnya, jeritannya, dan juga rintihannya apalagi saat mendengar suaminya selalu terisak dengan ratapan permohonan.

Namun, selama tujuh bulan menderita di dalam lembah gelap ini, nenek tua itu tidak kunjung datang, bahkan pemilik tubuh asli sama sekali tidak bertanggung jawab untuk sekedar menjenguknya.

Hari ini, Zea terbangun kembali dalam mimpi samarnya. Badannya ia dudukkan, sesekali dirinya meringis saat merasa perutnya terasa berat karena adanya sang buah hati, pergelangan tangannya yang amat perih, juga beberapa tubuhnya yang terasa tersayat-sayat, begitu menyakitkan hanya untuk sekedar bergerak. Dirinya hanya berfikir, mungkin di alam sadarnya, para tabib sedang mengerahkan segala cara agar tubuhnya tetap optimal.

Samar-samar, ia bisa mendengar Soo Ho yang menangis dan menagih jatah anggurnya, Zea berujar lirih, "Anak itu ternyata menyayangiku juga."

Cuaca di lembah itu sama sekali tidak berubah, begitu gelap, suram, nan pengap dengan hujan pasang surut setiap harinya. Tanpa Zea sadari, itu bukanlah sebuah hujan, tapi manifestasi dari rasa sakitnya.

Dingin, dan menusuk.

Banyak hal yang Zea lalui, dan malam ini sepertinya akan menjadi malam yang panjang.

Saat Yun Gi mulai bercerita bagaimana pertemuan mereka, Zea mulai merasakan sakit di kepalanya.

Setiap kata yang Yun Gi ucapkan layaknya sebuah pukulan telak di kepala. Zea mulai memeluk tubuhnya sendiri dengan telinga yang ditutup rapat, ia tidak ingin mendengarkannya lagi karena kepalanya begitu sakit, seolah memorinya telah di install kembali.

WANG MIN Where stories live. Discover now