Chapter: 21

2.8K 253 11
                                    

Begitu mendengar jika pasangan suami istri Min itu selamat dan sekarang pulih dengan cepat, sepertinya ubun-ubunnya terasa meledak.

Raja itu mengais nafas dalam, memejamkan mata berusaha menetralkan emosinya, "Bedebah! Sangat susah sekali membuat mereka mati!"

Seseorang yang terlihat duduk di sampingnya dalam balutan selimut ikut menghela nafas lelah dan membelai rambut raja itu pelan.

"Kakakmu itu berhasil selamat!" kecam Jonwo menatap telak bola mata Sohyun yang kini membuka selimut dan merangkak menaiki tubuhnya.

Mereka baru saja melakukan sesi pergulatan panas, namun sempat terhenti saat penasehat Choe tiba-tiba memberinya informasi itu.

Tapi sepertinya apapun informasinya, Sohyun tidak peduli sedikitpun. Kewajibannya sekarang hanyalah menghibur raja supaya lebih tenang.

Tangannya bergerilya, menari di atas dada sang dominan untuk memberi rangsangan. Sedangkan dirinya sedang berusaha memasukan kembali batang kekar kenikmatan pada tubuhnya.

Jonwo mendesis, mendongakkan kepalanya saat  dirasa lawan pasangannya sudah berpacu dengan cepat, Sohyun benar-benar gila membuatnya melek merem mengajaknya menuju kenikmatan.

"Biarkan saja, mereka bahkan tidak bisa melakukan apa-apa dengan kondisinya." Jawab Sohyun tersendat sambil terpejam, badannya naik turun dengan gerakan memutar lalu memekik saat dirasa lawannya memelintir dadanya keras.

Bagi Jonwo penyatuan dengan Sohyun seperti dopamin, memberinya efek kesenangan tersendiri apalagi mengalihkan stress.

Jonwo hilang kendali, ia menahan pinggang sang submisive lalu bergerak menembak dari bawah dengan cepat, sedangkan mulutnya sibuk menyedot dua dada besar yang nampak bergelantungan.

Sohyun total memekik kencang dengan kepala menengadah, meremas bahu Jonwo dan kemudian dalam beberapa saat kemudian sampai pada pelepasan.

Mereka berdua mengerang, mengais nafas bersamaan, tanpa mereka tahu jika seseorang di balik kamar yang lain sedang mengintip, menatap penyatuan mereka dengan tatapan gelap.

"Sialan! Tidak seharusnya aku memelihara parasit!" gumamnya tertahan.

Amarahnya tersendat di bawah dada, bahkan air matanya tidak berhenti turun, menyaksikan suaminya sendiri bermain dengan orang yang sudah ia anggap sebagai teman.

●●●


Tabib sudah hilir mudik berganti memasuki kamar itu, dan semuanya mengatakan jika Zea sudah dalam keadaan stabil.

Semenjak dirinya sadar, tidak pernah terbayang dalam benak gadis muda itu, duduk bersandar di dada prianya dengan punggung dan tengkuk yang dibelai hangat. Beberapa kecupan juga melayang pada kening juga pelipisnya.

Setahunya, dulu suaminya ini begitu dingin nan ketus, menjawab saja hanya cukup dengan satu kata. Namun, sepertinya jahe akan semakin pedas seiring bertambahnya usia.

Zea mensyukuri progres sikap suaminya, tapi ada satu hal yang masih membuatnya terus bertanya-tanya, sampai akhirnya ia tidak memiliki kesabaran untuk menunda.

Zea mendongak, menatap wajah itu yang sekarang bertambah hangat, tangannya terulur untuk menyentuh rahang tegas itu.

"Suamiku ... "

"Kenapa? Perlu sesuatu? Ada yang sakit? Biar aku panggil Husok untuk memanggilkan tabib." Zea tersenyum simpul, bahkan sekarang suaminya itu sangat cerewet melebihi dirinya.

Sejujurnya, tubuhnya memang pulih, hanya saja entah kenapa rasa lunglai, lemas dan lesu masih terasa, mungkin ini efek dari tubuhnya  beberapa hari ini tidak digerakkan.

WANG MIN Where stories live. Discover now