Chapter: 13

2.7K 253 4
                                    

Tempat itu kini begitu suram, tidak ada satu pun yang menemaninya di sana.

Setelah menghabiskan waktu begitu lama, Yun Gi baru saja menetralkan amarahnya. Pandangannya pun kini ikut menyayu dengan guratan kening lelah menahan semua beban di pundaknya.

Zea sudah pergi dari tadi, tapi ia tidak peduli. Lagi pula kemana tempat tujuannya? Toh dia hanya memiliki keluarga Kim, itu juga tempatnya sangat jauh.

Ia mencoba berdiri, berbalik guna berjalan ke arah kamarnya. Namun sesuatu yang basah nan kental menyentuh jari-jari kakinya. Ia berjongkok memastikan, "Bau anyir?"

Yun Gi kembali melanjutkan langkahnya, menepis pemikiran buruknya. siapa tahu itu adalah darah dari bangkai burung?  Namun, nyatanya kakinya kembali menginjak cairan lagi. Dan kali ini mantan pangeran mahkota itu begitu penasaran.

"HUSOK!"

Pengawal pribadi itu dengan cepat muncul di hadapan tuannya. Ngomong-ngomong, ia tidak beranjak dari tempatnya sejak tadi.

"Kenapa disini banyak darah?"

Husok menjawab sedikit ragu, "Itu darah dari Nona Muda Zea, Tuan." Jawabnya jujur, karena memang tadi ia sempat melihat telapak kaki Zea berdarah saat melewatinya, bahkan bekas darahnya terlihat di beberapa sudut kediaman Min.

Yun Gi mengeraskan rahangnya, perasaan khawatir tiba-tiba menyeruak memenuhi pikiranya. "Dia bunuh diri atau bagaimana?"

"Saya rasa Nona tidak sengaja menginjak pecahan beling, Tuan. Karena, disini banyak sekali pecahan—"

"Apa sebelum kami datang, telah terjadi sesuatu, Tuan?" Husok malah bertanya hal lain.

Yun Gi kembali terpejam, kepalanya seolah pecah mendengar kenyataan itu. "Aishhh!"

"Cari dia dimana pun berada, jangan berani pulang jika kau belum menemukannya!" perintah itu mutlak tanpa bisa diganggu gugat.

●●●

Ia terlihat seperti arwah gentayangan yang mencari keadilan, dengan rambut terurai juga baju putih yang sempat kotor karena ceceran darah.

Zea menangis, merutuki kebodohannya sendiri karena mengatakan secara tersirat jika dirinya ingin berpisah dengan suaminya.

Ia terisak sambil memukul kepalanya sendiri, "Bodoh! Kau bodoh Zea!" 

"Bagaimana sekarang dengan —" ia menarik ingusnya, wajahnya berantakan sekali. "Nasibku kedepannya."

Wajahnya merengut lucu, bibirnya bergetar lantas berteriak lantang. "Eommmaaa!"

Ia terus berjalan tak tahu arah sambil memukul kepalanya seperti orang gila. Bahkan kini waktu  hampir menjelang malam, tapi parahnya ia malah berada di tempat antah berantah.

Zea berjongkok, menumpukan kepalanya pada kedua lututnya sambil terisak. Sejujurnya, sejauh ini ia sudah menyayangi suaminya. Hatinya seolah dipenuhi bunga saat berdekatan dengan Yun Gi.

Sebenarnya Zea  melakukan semua itu, termasuk menjilat istri para mentri hanya untuk membela Yun Gi.

Ia hanya tidak suka saat para pejabat istana menatap suaminya dengan hina.

WANG MIN Where stories live. Discover now