Chapter: 29

2K 164 6
                                    

"Persetan dengan anggapanmu, bajingan. Kau ingin membantuku membunuh istriku atau aku sendiri yang turun tangan?"

Zea kelabakan, sial sekali harus terjebak kembali menjadi tawanan. Otaknya memutar mencari jalan keluar.

Sedangkan Jonwo yang mulai sedikit percaya, ia sedikit melonggarkan cengkramannya. Tapi sepertinya hal itu malah menjadi bumerang untuknya, karena didetik selanjutnya sebuah belati kecil menancap tepat pada perutnya disertai rasa perih menjalar pada tangannya akibat tercabik gigitan.

Zea baru saja menusuknya dengan belati yang diberikan Husok, dan menggigit tangan Jonwo karena mengunci kepalanya dengan pitingan. Sehingga dirinya bisa terbebas dan sekarang berlari menuju Yun Gi.

"AKH, BEDEBAH, DASAR JALANG SIALAN!" Jonwo jatuh terduduk.

Zea menatap Yun Gi garang, "YAK! Jonwo benar, aktingmu sangat payah sekali. Masa aku harus dibunuh sih?"

"Sayang, ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan siapa yang benar atau yang salah, sekarang kau cepat pergi dari sini!" Yun Gi mengusap surai istrinya sayang.

Semua orang yang menontonnya sekarang paham, dalam hati mereka memuji istri Yun Gi karena bertindak cerdas.

Zea memasang wajah tertekuk, ia masih sebal pada suaminya, "Tidak usah mengusirku seperti itu, aku ke sini untuk membawa Ibu Suri pergi."

Ibu Suri yang merasa terpanggil pun berdiri dan mendekati Zea, meski ia menikmati pertunjukan ini, tetapi nyawanya bisa saja menjadi taruhan.

Dan ternyata firasat Ibu Suri benar, beberapa detik setelah kepergiannya bersama Zea, istana bagian luar kembali diserang oleh pasukan hitam, yang sialnya itu adalah sebagian masyarakat yang memihak kepada Jonwo.

Mendengar semua keributan yang ada di luar, Jonwo tertawa ringan sesekali meringis sambil mencabut belati kecil di perutnya. "Ponakanku, selamat! Kau terkena ranjau keduaku."

●●●

Pasukan Tae Min dipukul mundur dari belakang, meski sudah dibantu oleh Husok tapi Tae Min begitu kesulitan saat menghadapi pasukan yang baru datang, tenaganya cukup terkuras habis.

Juyeong sudah tiada, Husok yang memenggalnya. Dan sekarang pengawal Setia Yun Gi itu sedang bertarung di area luar.  Jika Husok tidak membantunya, Tae Min pikir hidupnya pasti sudah berakhir.

Sabetan pedang, bunyi gemerincing pantulan besi begitu memekak telinga, sementara itu para warga bersembunyi di balik rumahnya masing-masing, bahkan sampai ada yang mengungsi ke hutan.

"HUSOK, AWAS DI BELAKANGMU!" sabetan pedang berhasil dihindari. Husok berbalik menyerang, tapi sialnya sabetan pedang kedua, mengenai tangannya.

Punggung Husok dan Tae Min beradu, mereka berada dalam posisi siap siaga, mematai musuh dan mematai pasukannya yang kian detik semakin berkurang.

"Husok, kau terluka."

"Jangan khawatirkan saya, Pangeran. Pasukan kita sudah habis dipukul mundur dan sekarang kita harus bertahan,"

"Pangeran, Anda bergerak ke timur dan saya ke sebelah barat, tidak peduli siapa yang mati, bertahanlah sampai akhir!" Tae Min terhanyak mendengar penuturan Husok, jika sudah seperti ini, kemungkinan besar mereka akan kalah.

WANG MIN Where stories live. Discover now