Bab 37

15.1K 556 5
                                    

Aku gk nyangka followers nya udah nembus 😭 terimakasih readers, kali ini kalau followers ku sampai 1k aku bakalan update seminggu 4 kali, jangan cuma baca ceritaku aja, ayo follow juga, karena aku lihat yang baca sampai ribuan tapi kalian gk follow aku, itu yang bikin aku sedih dan kadang males buat update :( biar aku semakin semangat nulis ayo dukung aku dengan cara memfollow akun ku, agar kalian tau notifikasi kalau DKSI update, ingetin ya 1k followers aku update seminggu 4 kali . . .
happy reading 🤗🤗

***

Keesokan harinya Mama Risa terbangun dari tidur nyenyaknya karena mendengar Jihan yang mual-mual di kamar mandi, ia yang khawatir pun menghampiri menantunya itu, lalu dengan perlahan wanita paruh baya itu mencoba untuk mengelus bagian punggung Jihan dengan lembut, sebenarnya ia kasian dengan keadaan Jihan saat ini, entah apa yang ia makan sampai mual seperti ini. Tetapi ini mungkin juga menjadi kabar bahagia untuk semua orang, wanita itu mengira bahwa Jihan sedang hamil, karena efek pertama kali hamil adalah mual-mual, ia sengaja memanggil dokter karena ia khawatir akan terjadi sesuatu pada menantunya itu.

"Kamu udh mendingan?" Tanya Mama Risa.

Jihan menyeka mulutnya yang sudah ia bersihkan tadi, sekarang ia merasa sangat pusing dan lemas sekali, ia tidak tahu mengapa ini terjadi sampai pagi hari, sungguh tidak enak rasanya.

"Udah mendingan Ma" ucapnya lalu mereka keluar dari kama mandi.

Tepat saat mereka keluar, sudah ada dokter, Naya dan juga Dewa yang menunggu disana, tetap seperti kemarin, Dewa berada di pojok ruangan agar Jihan tidak mual lagi, pria itu memandangi istrinya dengan raut wajah khawatir, ia ingin sekali menghampiri nya tetapi ia takut jika Jihan mual lagi.

Jihan duduk perlahan di ranjangnya dengan di temani Naya yang berada di sebelah Jihan.

"Keluhannya apa Jihan?" Tanya dokter itu.

"Dari kemarin saya merasa mual."

"Saya periksa dulu."

Dokter itu lalu memeriksa kondisi Jihan, setelah beberapa menit memeriksa kondisinya, dokter itu tersenyum lalu berkata "Selamat Jihan, penyebab kamu mual-mual dikarenakan morning sickness, yang biasa terjadi pada ibu hamil."

Semua orang yang berada di kamar itu seketika terkejut, raut wajah Dewa juga berubah menjadi sangat bahagia, begitupun Mama Risa, dugaan wanita paruh baya itu memang benar, Jihan sedang hamil. Tapi tidak dengan Jihan, ia merasa kebingungan karena ia tidak menyangka sekarang ia sedang hamil, perempuan itu seperti belum siap dengan kabar kehamilannya.

"Berapa usia kandungan Jihan Dok?" Tanya Dewa yang sangat bahagia itu.

"Usia kandungannya 2 Minggu, janin masih rentan, saya minta tolong agar menjaga Jihan dengan baik."

Risa yang sangat bahagia menghampiri Jihan, lalu memeluk tubuhnya, Jihan masih melamun dengan pikirannya sekarang yang tidak karuan.

"Terimakasih Dok, saya antar kedepan" Ucap Dewa lalu mengantar Dokter itu keluar.

Naya dengan polos bertanya "berarti Mama sekarang punya adek di perut ya Omaa?"

Risa tersenyum lalu berkata "iya sayang, sebentar lagi kamu punya adek."

Naya yang kegirangan berdiri, lalu meloncat-loncat di kasur itu, membuat Risa tersenyum lebar. Tapi Jihan masih tenggelam dalam lamunannya.

Risa yang khawatir mencoba mengajak bicara "kamu kenapa sayang?" Tanyanya sambil mengelus rambut Jihan.

Jihan sontak terkejut, lalu menatap Risa dengan perasaan cemas "aku belum lulus Ma, aku takut dengan adanya kehamilan ini, pihak kampus mengeluarkan Jihan dan Jihan gk bisa lanjut kuliah."

Risa tersenyum mencoba untuk menbuat Jihan tenang.

"Mama tahu sayang, kamu bisa kok kuliah daring di rumah."

Jihan tetap tidak setuju dengan usulan mertuanya itu, ia tidak ingin melanjutkan kuliahnya dengan cara daring.

-

Di dapur Jihan termenung disana, lalu Dewa datang masih dengan jarak yang sangat jauh, pria itu berkata "terimakasih sayang, aku sangat bahagia hari ini."

Jihan menatap suaminya yang sangat bahagia itu, ia jadi merasa kasian karena melihat suaminya sangat bahagia, mungkin ia akan di cap istri jahat yang tidak bahagia dengan kehamilannya sendiri, mungkin lambat laun ia bisa menerima kehamilannya itu.

"Maaf ya Mas soal kemarin, aku jadi gk bisa nyiapin kamu makan malam."

"Gapapa sayang, kemarin aku udah gk laper lagi."

Jihan mencoba mendekat kepada suaminya, rasa mualnya saat berada didekat suaminya menjadi hilang seketika, sementara Dewa terus saja mundur untuk menjauh, pria itu tidak ingin melihat istrinya kesusahan karena mual-mual seperti kemarin.

"Jangan mendekat sayang, aku gk mau kamu mual lagi."

Jihan tidak menggubris perkataan suaminya, ia langsung memeluk tubuh Dewa dengan sangat erat, yang di peluk merasa kebingungan.

"Aku butuh pelukan kamu, masa kamu gk mau peluk istri kamu ini." Ucap Jihan.

Dewa tersenyum senang "pastinya aku mau peluk istri aku yang gemes ini, aku kangen tahu." Dewa juga membalas pelukan itu dengan sangat lembut.

Di pelukan itu Jihan berkata "Maaf dan terimakasih karena kamu udah sabar ngadepin aku Mas."

"Kamu gk perlu meminta maaf atau berterimakasih sama aku, aku suami kamu, aku harus bertanggungjawab tentang kamu sayang, apapun yang terjadi aku harus siap siaga di samping kamu."

Entah mengapa air mata Jihan menetes perlahan, Jihan tadi sempat tidak senang atas kehamilan dan ragu, ia sangat egois hanya memikirkan tentang dirinya, ia tidak memikirkan janin yang ada di kandungannya dan keluarganya yang begitu bahagia mendengar kabar ini.

"Aku beruntung banget punya kamu yang selalu ada disisi aku, aku juga beruntung banget kenal kamu sayang."

Dewa melepas pelukannya lalu menangkup wajah sang istri, Dewa tahu Jihan tidak terlalu bahagia dengan kehamilannya saat ini, ia memaklumi karena Jihan pernah bilang kalau ia ingin hamil saat Jihan berhasil lulus, tetapi Tuhan berkehendak lain, Tuhan memberikan anugerah ini begitu cepat sampai ia tidak bisa memperkirakan.

"Aku tahu perasaan kamu sayang, aku akan selalu ada disisi kamu Jihan. Mungkin kamu bisa menunda kuliah kamu selama kamu hamil, aku juga takut akan terjadi sesuatu pada kamu."

"Selama perut aku belum sebesar itu, aku masih bisa kuliah seperti biasa kok, setelah lebih besar nanti aku janji akan izin."

Dewa tersenyum, "iya sayang, aku akan mendukung semua keputusan kamu."

Lalu Jihan memeluk tubuh Dewa dengan sangat erat, yang di balas oleh Dewa.

***

07 Januari 2024

Duda Keren Suami Idaman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang