Bab 17

21.5K 737 6
                                    

Sekarang Dewa dan juga Jihan sedang berada di kediaman Jihan, orang tua Dewa dan Jihan sedang berkumpul, mereka sangat senang mendengar kabar bahwa anak sulung nya itu akhirnya mau menerima perjodohan, rasa bahagia pun menyelimuti kedua keluarga itu, Jihan ikut tersenyum melihat semua orang merasa bahagia, membuat orang bahagia itu sangat menghangatkan hatinya, tidak disangka bahwa orang tua Jihan sangat bahagia mendengar kabar ini, bagaimana jika ia menolak perjodohan ini, apakah orang tua nya bisa sebahagia sekarang? Mungkin tidak.

"Terimakasih Jihan, kamu udah mau menerima perjodohan ini, Ayah bahagia banget sayang." Yudha mengelus rambut putrinya dengan lembut.

Jihan tersenyum menanggapi sang Ayah.

"Tolong jaga anak saya Dewa, Jihan ini diluar kuat tapi didalam rapuh." Tutur Yudha.

Dewa melirik Jihan sambil tersenyum "Iya Om, saya bakal menjaga dan mencintai Jihan dengan sepenuh hati."

Tiba-tiba Jihan merasa pipinya panas, ia sangat terkejut ketika Dewa mengatakan kata 'Cinta' itu, apa mungkin benar kata orang tua nya, bahwa Dewa adalah sosok pria yang baik untuknya? Entahlah hati Jihan sekarang menjadi berbunga-bunga, seperti sedang jatuh cinta.

"Panggil Ayah aja, kan sebentar lagi kamu jadi menantu Ayah."

"Iya Ayah, saya coba."

"Ingat ya Dewa, jagain Jihan, awas aja kalau kamu bikin Jihan nangis" Timpal Risa menatap tegas Dewa.

"Iya Mama, itu sudah jadi kewajiban Dewa untuk membuat Jihan bahagia."

"Kapan tanggal pernikahan nya ditetapkan? Lebih cepat lebih baik." Ucap Adi.

"Bagaimana kalau Senin depan aja?" Usul Bunda.

Jihan terkejut, mengapa secepat itu? Bukannya ini terlalu cepat, ia bahkan belum membayangkan menjadi istri Pak Dewa.

"Boleh juga, saya dengar itu hari yang bagus untuk melangsungkan pernikahan." Balas Risa

"Iya saya juga setuju." Ucap Adi dan Yudha bersama.

"Apa itu tidak terlalu cepat ya?" Ujar Dewa.

"Ya gimana Wa, kamu juga punya jadwal padat, ngk mungkin ditunda lagi, lebih cepat kan lebih baik." Balas Adi.

"Bukannya gitu Pa, balik lagi ke Jihan, apa dia mau menikah secepat itu? Ini yang menikah bukan cuma Dewa, tapi Jihan juga ikut andil didalamnya."

"Yaudah bagaimana pendapat kamu Jihan?" Tanya Adi.

Jihan yang ditanyai menjadi sangat gugup, disisi lain ia belum siap menikah tapi ia juga harus setuju bagaimanapun caranya.

"Jihan ngikut aja Om."

"Jangan gitu dong, kamu harus punya keputusan sendiri, ini pernikahan kalian loh, kalau memang ini terlalu cepat bilang aja, kita ngk akan memaksa kalian"

"Jujur, Jihan sendiri tidak setuju, ini terlalu cepat buat Jihan."

Adi mengangguk memahami "yasudah kita omongin ini lain kali kalau kalian berdua sudah mantap untuk menikah."

"Bunda berharap kalian bisa mengambil keputusan, jangan menunda pernikahan."

Dewa dan Jihan mengangguk paham.

-

Jihan merebahkan tubuhnya di atas ranjang, hari ini adalah hari yang melelahkan tapi ia merasa bahagia, entah mengapa keputusan yang ia ambil untuk menerima perjodohannya ini malah membuatnya sangat lega, bukan hanya Jihan, tetapi hari ini ia juga membuat semua orang tersenyum bahagia, rasanya ia sudah lama tidak merasakan kebahagiaan ini.

Duda Keren Suami Idaman (Selesai)Where stories live. Discover now