Bab 22

22.5K 665 9
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, hari dimana seorang mahasiswi bernama Melinda Jihana Putri itu akan menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu, tak luput dari itu Dewanta Pancaloka yang sudah menduda selama lebih dari 5 tahun akan menjadi suami orang, hari-hari yang sulit telah mereka lalui bersama, dari Jihan yang menolak menikah dengan Dewa sampai akhirnya Jihan menyetujui perjodohan itu, hari bahagia ini menyelimuti kedua mempelai beserta keluarga besar mereka, selama menuju hari H kedua orang tua Dewa dan Jihan telah mempersiapkan semuanya, dari mulai menyewa gedung, dekorasi pelaminan, makanan untuk tamu dan membuat undangan sesuai selera Dewa dan Jihan untuk dibagikan ke orang-orang yang ingin mereka undang.

Mereka sebenarnya tidak ingin pernikahannya semewah itu, tetapi mereka tidak bisa menolak karena setiap kali mereka mengatakan 'tidak usah mewah sekali untuk pernikahan' tetapi kedua orang tua mereka tidak mendengarkan mereka, Dewa dan Jihan memaklumi karena banyaknya kolega bisnis Yudha dan Adi yang akan datang ke pernikahan Dewa dan Jihan, apalagi sekarang Dewa sudah sah menjadi penerus bisnis Adi yang artinya ia harus mengundang koleganya, sementara Jihan hanya mengundang Amel dan Dara saja karena pernikahannya bersifat pribadi untuknya.

Dewa dan Jihan tidak didandani di ruangan yang sama, mereka berdua didandani secara terpisah.

Semua tamu undangan yang sudah duduk menunggu kehadiran para mempelai dengan tak sabar, banyak sekali yang datang gedung terasa penuh dengan dihadiri banyaknya orang, di luar gedung sudah terpampang jelas nama bertuliskan Wedding Dewa & Jihan, menambah kesan bahwa pernikahan sedang berlangsung didalam, akad akan segera dimulai beberapa menit lagi.

"Para hadirin bapak dan ibu yang ada disini, pasti kalian sudah tidak sabar menunggu calon mempelai pria untuk memasuki acara ini." Suara pembawa acara itu menggema di gedung besar itu.

Semua tamu undangan telah tiba dan mereka sekarang sedang duduk menyambut kedua mempelai, mereka bersorak ria kala MC akan memanggil mempelai pria untuk masuk.

Dewa yang sudah rapi dengan setelan jas berwarna hitam senada dengan rambut yang sudah rapi dibelah tengah, Dewa sangat tampan dengan jas itu, mama Risa yang melihat putranya itu meneteskan air matanya, tak disangka bahwa putranya akan menikah hari ini juga, rasanya baru kemarin ia memaksa putranya untuk menikah lagi, Risa tersenyum menghampiri Dewa yang sedang berdiri didepan cermin. Risa mengelus pundak putranya.

"Udah ganteng, jangan ngaca mulu

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Udah ganteng, jangan ngaca mulu." Ucap Risa terkekeh.

Dewa yang mendapati Risa dibelakangnya seketika terkejut "Dewa bukan ngaca untuk itu, Dewa gugup Ma." Balas Dewa.

Kemarin malam Dewa benar-benar tidak bisa tidur karena akan menikah, ia terus saja berlatih untuk melafalkan kata-kata yang akan diucapkan diakad nanti, sampai dengan hari ini pun Dewa masih sangat gugup rasanya seperti baru pertama kali menikah, padahal ia sudah pernah menikah tapi kali ini rasanya sangat berbeda dengan sebelumnya.

"Ini bukan pertama kalinya loh Dewa, jangan gugup." Ucap Risa membuat Dewa menghela nafas panjang.

Tak hanya Dewa yang merasa gugup Jihan juga sangat gugup untuk saat ini, rasanya tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi seorang istri setelah ia melangkahkan kakinya menuju pelaminan.

Duda Keren Suami Idaman (Selesai)Kde žijí příběhy. Začni objevovat