Bab 24

22.5K 681 12
                                    

Halo readers apa kabar? kemarin sempet sedih karena part 23 yang memberi komentar cuma satu dari ribuan mata wkwk, padahal meninggalkan saran dan kritikan adalah cara semangatku buat nulis, aku sempet galau apa ceritaku nggak jelas ya? Jelek ya alurnya? tapi yaudah it's okay, aku berharap part kali ini banyak yang komentar, happy reading 🥰🥰

-

Di pagi hari yang begitu berbeda, biasanya selalu ada bunda nita yang selalu menyiapkan sarapan setiap pagi, tetapi pagi ini mungkin tidak hanya pagi hari ini tetapi hari-hari berikutnya ia harus menyiapkan sarapan sendiri, sekarang ia tidak bersama kedua orangtuanya lagi, sebagai seorang ibu dan juga istri Jihan harus merawat suami dan anaknya dengan baik, walaupun ia masih kuliah tetapi tugasnya tidak akan pernah ia lewatkan, seperti halnya pagi ini, untung saja ia tidak ada kelas pagi ini, jadi Jihan bisa menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya, entah apa yang terjadi kedepannya apakah Jihan masih sanggup atau tidak, dan perlu di ingat sebenarnya ada pembantu rumah tangga, tapi hari ini Jihan meminta bi Surti untuk tidak memasakkan sarapan, karena hari ini adalah hari pertamanya memasak di rumah Dewa.

Jihan begitu teliti menyiapkan nasi goreng untuk menu pagi hari ini, walaupun tidak terlalu jago memasak, tapi Jihan tahu apa saja bahan-bahannya, Jihan juga menggoreng sosis kesukaan Naya, Jihan menyiapkan bekal untuk Naya, Jihan sampai rela bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan semuanya, memang baru baginya melakukan hal-hal semacam ini, biasanya jam segini Jihan masih tertidur pulas di ranjang kamarnya.

Setelah Jihan meletakkan nasi goreng beserta lauk-pauknya Jihan pergi ke lantai dua untuk menyiapkan pakaian suaminya beserta seragam yang Naya pakai hari ini, Jihan menunjuk ke ruang pakaian disana penuh dengan pakaian Dewa dan juga Naya, tak heran mengapa pakaian nya masih beberapa yang ada disini, karena belum semua Jihan memindahkan pakaiannya ke rumah ini, Jihan mengambil kemeja putih, beserta jas berwarna hitam senada untuk suaminya, pakaian yang ada disini memang siap pakai tidak perlu harus menyetrikanya karena sudah ada sendiri orang yang melakukan pekerjaan ini, selanjutnya Jihan mengambil seragam yang dikenakan Naya setiap saat yaitu seragam sekolah Naya.

Setelah mengambil semua yang diperlukan, Jihan menuju ke kamarnya, Jihan membuka kenop pintu itu perlahan, disana ia melihat Dewa yang hanya memakai handuk di pinggangnya tanpa mengenakan baju, Jihan tidak terlalu kaget, ia mencoba tetap biasa saja tapi aslinya ia sangat deg-degan.

"Ini Mas, aku udah siapin buat kamu." Ucap Jihan meletakkan pakaian formal itu di atas ranjang besar itu.

Jihan membalikkan badan hendak keluar dari kamar, karena ingin menuju kamar Naya untuk memberikan seragam yang masih ia pegang ini, tetapi seperti ada tangan yang melingkar di pinggangnya, sontak Jihan terkejut.

"Kenapa kamu repot-repot masakin sarapan dan milihin baju buat aku?" Ucap Dewa tepat ditelinga Jihan.

Nafas Dewa dapat Jihan rasakan, rasanya aneh baginya.

"Ini udah tugas aku Mas." Balas Jihan.

"Kan ada bi Surti yang setiap hari bantu-bantu disini."

"Emang aku sengaja, karena ini hari pertamaku masak sarapan buat kalian."

Dewa tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya, Istrinya ini sungguh berbeda dengan yang lain, sebenarnya tadi Dewa terbangun karena Jihan tiba-tiba pergi keluar kamar, ia pikir Jihan ingin minum, tapi ternyata setelah ia cek Jihan menyiapkan sarapan begitu serius didapur, sungguh ia sangat tersentuh dengan perlakuan Jihan.

Duda Keren Suami Idaman (Selesai)Where stories live. Discover now