L.O.V.E

143 6 0
                                    

Wajah Ken tertunduk, tatapannya tertuju ke tangan Silvy yang terus menerus memainkan jari jemarinya dengan gundah

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Wajah Ken tertunduk, tatapannya tertuju ke tangan Silvy yang terus menerus memainkan jari jemarinya dengan gundah. Tangan Ken mencoba untuk memegang tangan Silvyana, namun Silvyana menghindar. Ken menyadari ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengannya.

“Sebaiknya kau istirahat dulu, tenangkan pikiranmu.” Ken beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Silvy sendiri di kamar.

02.45 am

Ken kembali ke kamarnya dan memeriksa keadaan Silvyana, terlihat Silvy sedang tertidur pulas di kasur, lanjut Ken pergi ke kamar mandi bersiap untuk tidur.

Sebelum itu, Ken memeriksa beberapa file di laptop nya sebentar, memastikan semuanya tersimpan dengan baik. Setelah itu Ken melirik ke arah Silvyana, lalu memposisikan dirinya untuk berbaring di sebelah Silvy. Tangannya mengelus lembut rambut Silvyana, matanya menatap dalam wajah Silvy.

“Hampir saja aku melakukan kesalahan fatal kedua kalinya,” Bisiknya.

“Mungkin saja, jika kau tak menjelaskan hal itu kepada Bryan dan tidak sedang mengandung anakku. Aku akan berpuas hati memotong satu persatu jari-jari mu, mencungkil kedua bola mata mu, akan ku jadikan kau cacat seumur hidup tanpa setengah lengan dan kaki agar kau terus berlutut seperti anjing buta, yang hanya akan berjalan jika ku tarik tali ikatan di leher mu.” Lanjutnya, ia pun tertidur dengan nyenyak di samping Silvy.

08.00 am

Cahaya matahari pagi masuk melalui jendela kamar, tangan Ken meraba-raba area sekitar kasurnya dengan keadaan mata yang masih terpejam, menyadari Silvy tidak berada di sisinya, Ken pun membuka matanya dan melihat ke area sekitar. Sebenarnya Ken masih malas untuk beranjak dari kasur, namun, Ken penasaran dengan keberadaan Silvy.

Ia berjalan dengan malas ke kamar mandi, mencarinya ke ruang tengah, ruang tamu, ke dapur dan akhirnya mengetuk kamar Rey untuk menanyakan keberadaan Silvy.

“Rey! Rey!” Ken mengetuk pintu kamar Rey.

“Yo, wassup?” Rey segera membuka pintu kamarnya.

“Lu liat si Silvy?” tanya Ken.

“nope,” jawab Rey seraya menaikkan pundaknya. Ken mengerutkan dahinya, memikirkan di mana keberadaan Silvy.

“Kenapa? Emang gak ada?” Lanjut Rey bertanya.

“gue udah nyari sekitar rumah, tapi dia gak ada.” Jawab Ken.

“beneran udah cari ke sekitaran rumah?” tanya Rey.

Lalu Ken kembali mencari ke area luar rumah, tapi tetap saja ia tak menemukan keberadaan Silvy. Reynald pun mencari ke area belakang rumah dan area kolam renang di ikuti oleh Ken, namun, tidak terlihat keberadaan Silvy.

Ketika Ken ingin meninggalkan area kolam renang, Ken merasa curiga dengan air kolam yang bergelombang, sedangkan tidak ada seorang pun yang sedang berada di kolam renang.

MR.KEN LOUIS ( 21+ )Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt