The Worshippers

346 10 1
                                    

P

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


P.O.V SILVY

*Plak! Plak! Plak!*

Ken menampar pipiku kasar, aku hanya terdiam menahan rasa perih sekaligus panas di pipiku, mataku masih tertutup kain hitam pandanganku gelap, tanganku masih terikat kencang terkadang gesekan tali di kulit terasa perih, memang terasa sakit tapi itu hanya sementara yang anehnya aku lebih menyukai sensasi setelahnya yang dapat membantu melepas semua beban di dalam hati dan pikiran yang sudah lama di pendam.

Masa-masa kecilku tak seindah yang orang lain bayangkan, banyak sekali kesakitan yang aku tutupi untuk berpura-pura menjadi normal, menginjak usia 15 tahun aku sudah nekat bekerja di luar negeri kejar-kejaran dengan polisi bersembunyi dan menyamar karena pasporku ilegal, tapi semua itu tidak membuat keluargaku bahagia atau pun bangga kepadaku, setiap perlakuanku tak pernah mereka anggap, aku tak seperti remaja lain yang puas bermain dengan semua temannya, bahkan hanya untuk pergi menenangkan diri pun semua tuduhan di tujukan kepadaku.

“I know you girl! Lepas kan semua! Aku akan membuatmu terus memohon kepadaku!” Ken menjambak rambutku dari belakang hingga kepalaku menempel di dadanya, tangan lainnya mengelus pipiku yang mungkin sangat merah lalu Ken mencekik ku, aku tak bisa menghirup oksigen untuk beberapa saat, kepala ku agak pusing, badanku bereaksi ketika darahku mulai lambat mengalirinya.

Lalu Ken melepas cekikan ya di leherku, kurasakan hangat di seluruh tubuh ketika darahku kembali mengaliri setiap bagiannya, jantungku berdegup sangat kencang, nafasku terengah-engah mencoba menghirup semua oksigen yang ada.

Ken merangkul tubuhku “You really enjoy it girl?” Tanya Ken yang tangannya mencengkram rahangku, aku hanya mengangguk dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

Ken membuka penutup mataku dengan lembut, pandanganku buram dan mencoba memfokuskannya, ikatan tali di tanganku pun di lepaskan, bahu dan lenganku lumayan terasa pegal aku mencoba memijitnya lembut agar aliran darahku kembali normal.

“Thank you sir” Nada ku lemas, rasanya semua energiku terkuras Ken mengusap kepalaku seperti anak kecil.

“Segera pergi rapihkan dirimu!” Perintah Ken kepadaku yang terlihat berantakan.

“Baiklah sir” Tanganku merapihkan rambut ku.

“Pergilah untuk berendam air hangat! Itu membantu kemerahan di tubuhmu memudar” Ken menyarankan ku.

Aku pun segera pergi ke kamar mandi dan menyalakan keran air dengan suhu hangat ke bath tub, aku pun mencampurkan beberapa perawatan tubuh ke dalamnya, aku mengompres bagian-bagian yang meninggalkan bekas merah, sangat ringanku rasakan seolah semua bebanku terlepas.

Malam pun tiba, aku memanjakan diri di kamar kandangku, membalur tubuhku dengan wewangian dan berbagai macam perawatan tubuh ‘ini kah yang di namakan damai?’ pikiranku merasa tenang saat itu.

------------------------------------------------------------

*nit..nit..nit..*
Alarm berbunyi cukup kencang.

MR.KEN LOUIS ( 21+ )Where stories live. Discover now