Trouble Maker

125 11 0
                                    

Dentuman musik semakin memeriahkan suasana klub, Ken bersama rekan lainnya terlihat begitu menikmati malam itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dentuman musik semakin memeriahkan suasana klub, Ken bersama rekan lainnya terlihat begitu menikmati malam itu. Salah satu dari rekan Ken yang mengenali Ryo memanggilnya, beberapa dari mereka memang menyukai sesama jenis, sekelompok itu berpesta ria sembari bertukar budak.


Ken selaku salah satu investor klub tersebut ikut memfasilitasi pesta perkumpulan LGBT dan pelaku orientasi lainnya di klub-klub kota besar, baginya hal ini cukup menguntungkan, karena ketika Ken memfasilitasi tempat bagi mereka, dengan secara tidak langsung mereka pun akan transaksi di lingkungan bisnis yang ia miliki.


Sudah tak asing lagi di lingkungan mereka melakukan banyak aktivitas ilegal seperti prostitusi, obat-obatan terlarang, minuman keras, perangkat ilegal, perjudian, penggelapan uang, jasa privasi, termasuk transaksi jual beli organ manusia.


Di otak para pemegang bisnis ilegal hanya ada uang dan keuntungan, bagi mereka perputaran bisnis tersebut adalah sebuah seni dalam membangun sebuah kehidupan di dunianya. Satu wadah, satu lingkungan, berbagai bisnis dengan berbagai pemasukan berputar di lingkup yang sama mengalir terus tanpa henti.


Alex kembali memesan minuman di meja bar, ia pendatang baru dalam lingkup bisnis yang sudah di jalani oleh ayahnya bersama Ken dan rekan lainnya. Alex berasal dari keluarga terkemuka dan di kenal memiliki banyak aset di kotanya, di bawa oleh ayahnya yang sudah lama menjalin bisnis dengan Ken. Tak di pungkiri, bisnis gelap memang sangat menguntungkan di negara berkembang ini, keamanan yang masih rentan uang dapat di kuasai hanya dengan ujung jari mereka.

****

Suara air mengalir di wastafel toilet, Silvy masih mencoba menenangkan diri sebelum kembali ke ruangan klub. Kepalanya mulai pusing karena ia sudah cukup banyak menenggak minuman keras yang di berikan oleh Alex, sebenarnya Silvy tidak terbiasa meminum minuman keras, akan tetapi kali ini Silvy mencoba membaur dengan lingkungan Ken.

Terlintas kata-kata pedas yang telah di bicarakan oleh Ryo, Silvy berpikir ada benarnya memang mengenai dirinya dan bisnis Ken. Seperti halnya saat ini, Silvy membatalkan keberangkatan para calon  pekerja ke Thailand, yang seharusnya menjadi pendapatan cukup besar untuk Ken dan rekannya.  Silvy masih merasa beruntung saat Ken tidak memarahinya karena pembatalan tersebut, tapi masih ada rasa was-was mengingat tentang pelaporannya kepada pihak berwajib dan kedutaan besar untuk menyelamatkan temannya tersebut.

Marlina'

Kembali teringat memori masa lalu  mengenai peristiwa yang ia alami bersama almarhumah Marlina di klub itu. Ken bisa saja berubah secara drastis ketika ia merasa di khianati, Ken menjadi seperti hewan buas yang tak akan ragu mencabik habis mangsanya.

Silvy menarik nafas dalam-dalam, mencoba setenang mungkin. Menatap bayangan dirinya di pantulan cermin, berharap semoga ini bukan kali terakhir ia melihat bayangan dirinya sendiri.

Ia kembali menuju bar menghampiri Alex, senyuman Alex menyambut Silvy di bar, Alex kembali mengacungkan segelas minuman kepada Silvy, sebenarnya Silvy sudah merasa cukup, ia takut akan membuat masalah di tempat itu.

“Cheers!”

Alex kembali mengacungkan gelasnya untuk bersulang, dengan sangat terpaksa Silvy kembali menenggak minuman tersebut.

“don’t worry, it’s on me, nikmati malam ini seperti yang lain. By the way, lu slave nya Ken kah?” Alex berbasa-basi.

“Nope, aku hanya menemaninya di sini. Dia bilang mau ketemu sama rekan kerjanya. Yang tadi bokap lu?” tanya Silvy kepada Alex.

“Yup, bokap gue investor di sini juga kayak si Ken, dan karena dia udah cukup tua terus gue anak satu-satunya dia, bokap gue pengen gue jadi penerus dia di sini.” jawab Alex.

“Kayaknya lu masih terlalu muda for being old money, sorry ya... Doesn’t mean being too privacy but, kalo boleh tau umur lu berapa?” tanya Silvy..

“next month, i'm twenty eight by the way” jawab Alex.

“Oh really? Ternyata kita seumuran ya!” ujar Silvy.

“gimana dengan lu sendiri? Tell me about yourself!” ujar Alex.

“no, aku cuma cewek biasa kok. Nothing special on me” Silvy menjelaskan.

“such a bullshit! Terus gimana lu sampe bisa ketemu Ken ?” tanya Alex.

“we just friends, kita ketemu begitu saja di tempat kerja. Dulu gue assistance almarhum istrinya, ya begitulah. So, what you do for living right now?” ujar Silvy simple.

“just living as a professional model.” jawab Alex singkat.

“oh i see, that's why you look so gorgeous!” Silvy memuji.

“ah thank you, its too much. Bulan ini kan lagi ada event, jadi para model bermalam di Surabaya. Just like me, Gerrard, and Ryo.” ujar Alex seraya menunjuk temannya yang sedang duduk bersama rekan lainnya, Silvy agak sedikit terkejut ketika mendengar Alex mengenal Ryo.

“Oh! Jadi kamu juga kenal Ryo?” tanya Silvy.

“Sekedar teman kerja sepermodelan, gak begitu dekat, tapi sering bertemu karena sering dapet project yang sama” ungkap Alex.

“Oh, okay”

Waktu berlalu, malam mungkin sudah berganti dini hari. Silvy sudah di luar kendali, ia terkulai di meja bar, kini Silvy dalam keadaan benar-benar mabuk. Alex terus saja memberinya minuman keras dan ternyata di gelas terakhir ia pun mencampurkan obat terlarang ke dalam minuman Silvy, itu membuat Silvy akan berhalusinasi dalam beberapa waktu ke depan.

Alex mencuri kesempatan dalam kesempitan, ketika Silvy tak sadarkan diri dengan terampil tangannya mulai beraksi. Alex memposisikan diri lebih dekat dengan tubuh Silvy, kini tubuh Silvy bersandar di tubuh Alex. Melihat sekitarnya sibuk dengan gemerlapnya pesta, Alex segera membawa Silvy yang tak sadarkan diri ke tempat lain.

MR.KEN LOUIS ( 21+ )Where stories live. Discover now