28. Broken

1.9K 290 79
                                    

"Kita perlu bicara!"

Langkah Zerga langsung terhenti ketika suara familiar itu membelai indera pendengarannya. Dia mengangkat kepala-tidak lagi menatap tanah-dan mendapati sosok Nina sudah berdiri di hadapannya. Ada garis kemarahan di wajah cantik gadis itu. Matanya tampak bengkak. Zerga yakin Nina menangis semalaman karena kejadian kemarin.

Pemuda itu mengembuskan napas panjang, seakan sedang berusaha melepaskan lelah di sekujur tubuhnya. "Bicara apa lagi, Nin? Bukannya semua udah jelas kemarin?"

"Gak. Semuanya gak jelas." Nina menyahut dengan cepat. "Aku gak bisa memahami semua yang kamu ucapkan, Ga. Aku gak ngerti kenapa kamu bisa berubah secepat ini."

"Aku baru menyadari perasaan aku kemarin. Semua yang aku kasih ke kamu selama ini gak lebih dari sebuah pelampiasan. Sebenarnya aku masih sayang sama Ruby dan aku gak bisa menerima kenyataan dia lebih pilih Alden. Aku melampiaskan kesedihan aku ke kamu."

"Enggak!" Nina menggeleng mantap. "Gak mungkin aku cuma pelampiasan buat kamu. Aku bisa ngerasain ketulusan di setiap tindakan kamu selama ini. Aku juga bisa lihat sebesar apa cinta kamu cuma lewat tatapan mata. Kamu sayang sama aku, Ga. Aku tahu itu."

Untuk beberapa saat, Zerga hanya bungkam seraya menatap Nina dengan begitu dalam. Kemudian, dia membuang muka ke sembarang arah, menghindari tatapan selidik dari Nina. Kedua netranya kali ini tidak bisa dibaca, terlalu rumit. Nina ragu sorot mata sayu itu berarti jengah atau permohonan.

"Aku minta maaf karena udah menyakiti kamu," ucap Zerga seraya memberanikan diri untuk kembali bersitatap dengan gadis di hadapannya. "Tapi, kamu harus terima kenyataan kalau kita gak bisa sama-sama. Jangan kejar aku, Nin. Aku gak bisa kasih apa-apa, selain rasa sakit buat kamu."

Lagi, Zerga mengambil langkah lebih dulu untuk meninggalkan tempat. Nina juga masih melakukan hal yang sama, menahan kepergian Zerga. Dia memasang wajah memelas, mengemis rasa iba dari lelaki itu. Harga diri bukan hal yang paling penting di situasi ini. Nina benar-benar haus akan kebenaran sekarang juga.

"Ga, aku mohon ...." Nina kembali menghadang jalan Zerga. Dia meraih tangan lelaki itu dan menggenggamnya dengan erat, seakan takut Zerga akan pergi lagi. "Jujur sama perasaan kamu. Bilang sama aku kalau kamu cuma sayang sama aku."

"Udah, Nin. Jangan kayak gini ...," balas Zerga. Suaranya pun ikut melemah.

"Aku gak bisa nyerah, Ga. Aku sayang sama kamu. Aku gak bisa lepasin kamu gitu aja."

Zerga mengembuskan napas kasar dan menatap Nina penuh frustrasi. Seperti yang sudah-sudah, dia hanya berani bertukar pandang selama beberapa detik saja. Setelah itu, Zerga akan membuang muka dan menghindari netra Nina secara terang-terangan.

"Kamu juga sayang sama aku, kan, Ga? Apa yang kamu omongin kemarin, tuh, gak serius, kan? Kamu-"

"Jadi cewek tuh harus punya malu! Jelas-jelas Zerga bilang kamu kalian gak bisa sama-sama, terus aja ngejar! Punya harga diri, gak, sih?"

"Ruby, cukup!" desis Zerga.

Nina terlalu fokus pada Zerga, sampai tidak menyadari kedatangan Ruby. Gadis itu tiba-tiba muncul dan menarik paksa tangan Zerga, sampai Nina tidak bisa lagi menyentuhnya. Dia berdiri di samping Zerga, menatap Nina sambil tersenyum miring. Dagunya terangkat tinggi, matanya mencemooh air mata Nina yang sudah turun sejak tadi.

"Cowok masih banyak, jangan ngejar orang yang gak mau sama kamu. Gak ada gunanya juga kamu mohon-mohon kayak pengemis. Kalau dia sayangnya sama orang lain, sampai kapan pun kamu gak akan bisa jadi pemenangnya," ungkap Ruby lagi, semakin menginjak-injak Nina.

Namun, rupanya Nina sudah bertekad untuk memperjuangkan Zerga. Dia mengusap air matanya dengan kasar dan balik menantang Ruby. "Itu kamu tahu, cowok di dunia ini masih banyak. Kenapa kamu harus rebut Zerga dari aku, di saat kamu menjalin hubungan sama Alden? Menahan dua orang sekaligus juga perbuatan yang gak tahu malu!"

Sweet Revenge [Tamat]Where stories live. Discover now