15. Explosion

2K 355 85
                                    

Sudah sebulan berlalu, Nina dan Zerga menjadi sekutu balas dendam yang tak tertandingi. Mereka memanfaatkan setiap kesempatan dengan baik.

Keduanya sering mendatangi tempat-tempat indah demi memenuhi kebutuhan sosial media. Ruby dan Alden selalu menjadi penonton pertama cerita yang mereka unggah. Tak jarang, Zerga datang ke Fakultas Ilmu Komunikasi untuk bertemu Nina saat Ruby tiba-tiba mengajaknya makan siang bersama. Tentu saja, terjadi drama Ruby yang merengek, menyebut Zerga tidak lagi menyayanginya. Bahkan, keduanya cukup sering curi informasi di mana Ruby dan Alden berkencan. Jika akurat, mereka akan datang ke tempat yang sama dan mempertontonkan pemandangan pasangan yang dimabuk asmara.

Kisah cinta segiempat yang rumit itu pun telah menjadi buah bibir para mahasiswa selama seminggu ini. Mereka terkejut mengetahui Zerga dan Ruby tidak berakhir menjadi kekasih resmi. Ruby justru berpacaran dengan Alden, sedangkan Zerga menjalin kedekatan dengan mantan kakaknya. Berbagai stigma bermunculan, bahkan tak sedikit yang membandingkan kecocokan dua pasangan itu. Mereka seperti mendapatkan hiburan sinetron cinta dramatis secara gratis.

Namun, sayangnya, hari ini Zerga tidak bisa memberikan tontonan itu. Badannya panas sejak semalam. Dia kehujanan sepulang berkencan dengan Nina dari Planetarium Jakarta. Niatnya ingin membuat Ruby dan Alden kepanasan, Zerga malah berakhir mengenaskan di atas kasur.

"Suhu badan kamu sampai tiga puluh sembilan derajat, lho, Ga. Yakin gak mau ke dokter?" tanya Bu Tyas seraya menatap nanar termometer di tangannya.

"Gak usah. Di rumah aja. Nanti sore juga sembuh," jawab Zerga sambil terpejam. Matanya terlalu sakit untuk beradu dengan sinar matahari yang menyelinap melalui jendela.

Bu Tyas mengembuskan napas panjang. Anaknya yang satu ini memang susah diatur. "Gini aja. Kamu minum obat demam sisa ibu sakit minggu lalu. Kalau enggak mempan, kita ke rumah sakit. Kalau kamu masih keras kepala, ibu bakalan telepon ayah."

Decakan keras lolos dari bibir pucat Zerga. "Terserah!"

"Kalau begitu, kamu tunggu sebentar, ya. Ibu buatkan bubur dulu, baru nanti minum obat. Kalau ada apa-apa, telepon aja. Jangan turun ke dapur, nanti kamu malah jatuh."

"Iya, iya. Bawel banget, sih!"

"Ibu bawel karena ibu sayang kamu," final Bu Tyas seraya bangkit dari duduknya. Sebelum pergi, beliau mengatur AC terlebih dahulu. Setelah dirasa Zerga akan nyaman, barulah Bu Tyas pergi dari sana.

Zerga akui, ibunya Alden memang penuh kasih sayang. Beliau selalu turun tangan tiap kali ucapan sang papa berlebihan. Beliau selalu menanyakan apa yang ingin Zerga makan untuk sarapan dan makan malam. Beliau juga selalu teliti dan sabar untuk merawatnya yang sedang sakit. Zerga akui, dia bisa merasakan ketulusan dari setiap perlakuan perempuan itu.

Namun, Zerga tidak pernah merasa bersalah untuk membalas semua niat baik ibu Alden dengan sikapnya yang ketus. Zerga tidak pernah merasa harus menerima semua kasih sayang tulus itu. Zerga tidak pernah merasa terbebani jika harus terus memelihara kebencian di hatinya selama bertahun-tahun. Sekalipun peran istri dan ibu dilakonkan dengan baik oleh Bu Tyas, di mata Zerga, beliau tidak lebih dari perempuan jahat yang tidak punya hati. Beliau adalah perempuan licik yang telah memanfaatkan sakitnya sang bunda untuk memadu cinta dengan ayahnya Zerga.

"Ga? Kamu tidur?"

Ketika suara halus itu membelai indera pendengaran, Zerga pun membuka matanya perlahan. Selama beberapa saat, dia tidak bisa mengenali siluet yang kian dekat. Ketika sosoknya duduk di tepi ranjang dan menyentuh keningnya penuh hati-hati, barulah Zerga yakin sadar itu adalah Nina.

"Ya ampun, badan kamu panas banget. Udah minum obat?"

Dengan dahi berkerut, Zerga pun menggeleng sebagai jawaban. "Kok, lo ada di sini? Gak ke kampus?"

Sweet Revenge [Tamat]On viuen les histories. Descobreix ara