My Secretary (2)

83K 834 1
                                    

Setelah acara makan malam, Bara langsung membawaku menuju apartemennya. Begitu pintu apartemen tertutup, aku segera meraih bibir seksinya lalu melumatnya kasar sambil sesekali menyedotnya. Gayung bersambut, Bara membalas ciumanku dengan cara yang tak kalah panas.

Tanpa melepas tautan lidah kami, aku menuntun Bara menuju ranjangnya lalu mengempaskannya ke sana hingga dia telentang, sementara aku berdiri pinggir ranjang sambil menatapnya dengan napas memburu.

"Sekarang giliran saya yang mimpin," kataku. Seolah paham, Bara hanya mengangguk pasrah.

Aku sudah bilang, kan, salah satu yang membuatku menyukai Bara adalah dia bisa menempatkan diri dengan baik. Dia tahu kapan harus jadi dominan, dan dia kapan tahu harus jadi submisif.

"Sekarang, lucuti baju kamu," perintahku.

Lagi, Bara menurut. Dengan tak sabar dia segera menanggalkan seluruh kain yang menempel di tubuhnya hingga dia telanjang bulat di atas kasur. Kejantanan yang jadi favoritku itu sudah berdiri tegak, membuatku refleks menyunggingkan seringai nakal.

"Udah tegang aja."

"Gara-gara Ibu," katanya parau. "Saya bisa tegang cuma dengan lihat Ibu."

Aku menyeringai puas. Melihat Bara tersiksa kadang memberikan kepuasan tersendiri bagiku.

Aku lantas meraih ikat pinggang Bara lalu meraih kedua tangan besarnya dan menyatukannya di atas kepala Bara. Setelah itu, aku pun mengikat kedua tangan tersebut menggunakan ikat pinggangnya hingga Bara semakin tak berdaya di bawah kuasaku.

Kutatap Bara sebentar sebelum melumat bibirnya beberapa detik. Ciumanku terus turun menuju puncak dada bidangnya. Kujilat puting kecilnya sampai Bara kegelian. Setelah itu, aku kembali beringsut turun hingga wajahku kini tepat berada di depan penis besar Bara.

Favoritku.

Aku menjulurkan lidah hingga ujungnya menyentuh ujung penis Bara. Seolah ingin menggodanya, aku terus memainkan ujung lidahku tanpa mau memasukkannya ke dalam mulut basahku.

"Bu Vinda ...."

"Hm?"

Bara menggeram kasar. Wajahnya yang merah padam diselimuti nafsu membuatku semakin bersemangat menggodanya.

"Kamu mau apa, Bara?"

"Mau ... penis saya masuk mulut Ibu."

Aku memasukkan beberapa inci kejantanan itu ke dalam mulutku lalu mengeluarkannya lagi. "Kayak gini?"

"Yes ...."

Aku lagi-lagi menyeringai. Aku sudah bilang, kan, kalau menggoda dan menyiksa Bara itu menyenangkan?

Maka, aku pun segera bangkit dari tubuh Bara hingga membuat pria itu seketika membuka mata. Dia menatapku bingung sekaligus kecewa.

Kini gantian aku yang melucuti semua kain di tubuhku hingga aku telanjang. Setelah itu, aku pun kembali mengungkung Bara.

"Sebelum saya puasin kamu, kamu harus puasin saya lagi," kataku sebelum memosisikan liang senggamaku berada tepat di wajah Bara.

I sit on his face. Tak lama kemudian, aku bisa merasakan lidah Bara menari-nari di atas klitorisku. Aku mendesah kecil lalu menggerakkan pinggulku naik-turun seirama dengan gerakan lidahnya.

"Shit!"

Gerakanku terasa semakin cepat, begitu pun dengan Bara yang semakin bersemangat mencumbu liang senggamaku. Perut bawahku berkedut kencang sebelum pelepasanku datang. Aku menyemburkan cairan cinta di mulut dan wajah Bara hingga membuatnya terlihat basah sekaligus seksi.

"Sekarang giliran saya," kataku.

Aku lantas kembali beringsut turun lalu mengulum kejantanannya dengan tempo cepat. Ujung penisnya menyentuh ujung tenggorokanku saat aku membenamkan seluruhnya ke dalam mulut, menimbulkan suara seksi yang memenuhi setiap sudut kamar Bara.

Gerakanku semakin liar hingga pelepasan Bara datang. Cairannya aku tampung di dalam mulutku, sebagian muncrat di wajah dan dadaku hingga aku sama-sama basah seperti Bara.

Tak ingin membuang waktu, aku pun segera menduduki kejantanan Bara dan memasukkannya ke dalam vaginaku yang sudah basah kuyup. Kami sama-sama mendesah saat aku mulai menggerakkan pinggulku ke atas dan ke bawah hingga kejantanannya tenggelam sempurna di dalam lubang kenikmatanku.

"Bu Vindaㅡ"

Sebelum Bara melanjutkan kalimatnya, aku segera menyumpal mulutnya dengan payudaraku. Bara mengulum puncak dadaku dengan rakus, sementara gerakan kami di bawah sana terasa semakin liar hingga desahanku terdengar semakin nyaring memenuhi kamar Bara.

"Bara, punyamu mentok. Enak banget," racauku tak keruan.

Merasa posisi ini sedikit menyulitkan, aku lantas menjauhkan payudaraku dari mulut Bara sehingga aku duduk tegak di atas tubuhnya. Tanpa berpikir panjang, aku segera menaik-turunkan pinggul dan pantatku hingga kedua payudaraku memantul kencang.

"Bar ... saya nggak kuat ...."

"Keluarin bareng, Bu."

Aku mengangguk. Beberapa detik setelahnya, pelepasanku datang, disusul Bara yang ikut menyemprotkan cairan cinta ke dalam rahimku. Aku menjenjangkan leher tinggi-tinggi merasakan sensasi nikmat luar biasa yang baru saja menghantam tubuhku.

Setelah kedutanku berhenti, aku pun ambruk di atas tubuh Bara. Napas kami memburu kencang, peluh kami menyatu seperti cairan cinta kami.

"Bar."

"Iya, Bu?"

Aku menengadahkan kepala hingga mata kami beradu. Bara dari jarak sejengkal memang terlihat sangat tampan. Apalagi suaranya terdengar semakin seksi setiap kami selesai bercinta.

"Minggu depan saya ada harus ketemu klien di Thailand. Kamu ingat?"

Bara tergelak kecil mendengar pertanyaanku. "Saya sekretaris Ibu. Saya jauh lebih hafal jadwal Ibu daripada Ibu sendiri."

Ah, benar juga. Aku lupa, selain tampan dan panas, ingatan Bara ini memang luar biasa. Makanya aku senang mempekerjakan dia sebagai sekretarisku.

Dan juga pemuas ranjangku.

Jariku terulur menyentuh hidung mancungnya, lalu turun menuju bibir seksinya. Kumasukkan ibu jariku ke dalam mulut Bara. Tanpa jijik, Bara mengulumnya dengan wajah menggoda.

"Saat di Thailand nanti, giliran kamu yang mimpin permainan. Kamu harus puasin saya, Bara."

Bara melepas kulumannya lalu mengangguk. "Saya pastikan Ibu puas saat di Thailand nanti. Ibu harus mempersiapkan diri."

Aku tergelak. Kukecup bibirnya singkat, tanda bahwa aku bersemangat menunggu kejutan yang akan dia berikan minggu depan.

Ah, gila. Seminggu ke depan sepertinya akan membuatku tersiksa bukan main.

Woman & Desire [1st Desire Series]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon