Hot Cousin (3)

89.2K 1K 18
                                    

Aku sudah tidak peduli jika desahan dan jeritanku didengar oleh karyawan lain di luar gudang. Yang jelas, saat kejantanan Nicholas menerobos masuk liang senggamaku dan menggagahinya dengan intens, aku tidak bisa menahan diri lagi.

Nicholas mengangkat tubuhku, membuat kedua kakiku refleks melingkar di pinggangnya. Tanpa menunggu dua detik, dia kembali menghunjam penisnya dalam-dalam hingga membuatku nyaris terisak karena keenakan.

"Nic ...."

Isakanku membuat Nicholas kembali melumat bibirku meski pinggulnya di bawah sana sama sekali tidak mau berhenti bergerak. Ibu jarinya mengusap pipiku yang basah, sementara kejantanannya terus melesak mengoyak lubang kenikmatanku.

"Is it good?" tanya Nicholas, retoris. Tanpa menjawabnya, air mataku yang tumpah jelas sudah mengatakan yang sebenarnya.

Aku mencengkeram lengannya kuat-kuat saat gelombang orgasmeku tiba. Perut bawahku berkedut kencang, sementara Nicholas sepertinya belum mencapai puncak.

Aku masih berusaha mengatur napas saat Nicholas menurunkanku dari gendongannya. Dengan lembut tapi mantap, dia membalikkan tubuhku hingga punggungku menempel di dada bidangnya. Setelah itu, Nicholas meraih kaki kananku lalu mengangkatnya hingga liang senggamaku kembali terbuka lebar.

Tanpa menunggu lebih lama, Nicholas kembali membenamkan penisnya ke dalam vaginaku. Bola mataku seketika memutih merasakan entakannya yang begitu kuat dan dalam dari belakang tubuhku. Dadaku yang memantul tidak lepas begitu saja dari jamahannya. Dia meremasnya kencang hingga membuatku semakin terbang ke awang-awang diliputi nafsu.

"Fuck!"

Aku menjerit kasar. Ini terlalu intens. Terlalu nikmat. Terlalu dalam. Terlalu memuaskan.

Nicholas semakin kuat menghunjam kejantanannya. Napas kami sama-sama memburu, desahan kami saling sahut-menyahut memenuhi gudang wine.

Setelah cukup lama berkutat dengan permainan, akhirnya Nicholas tiba pada pelepasannya. Pria itu mengerang menyebut namaku sembari memuncratkan cairan cinta di dalam liang senggamaku yang berkedut kencang.

Kami sama-sama dibanjiri peluh. Napas kami memburu kencang, saling berebut oksigen dengan serakah.

Demi Tuhan. Ini seks terbaik yang pernah kulakukan dalam hidupku. Seks yang dilakukan bocah 24 tahun ini adalah seks yang tak akan aku lupakan bahkan sampai aku mati.

***

Sejak insiden di gudang wine, aku dan Nicholas semakin lengket dan intens berhubungan. Mama sempat curiga, tapi aku buru-buru menyanggah dengan bilang kalau Nicholas anaknya lumayan asyik diajak ngobrol.

Iya, asyik diajak ngobrol, juga asyik diajak main di atas ranjang.

Ah, sialan. Membayangkan Nicholas membuatku jadi merindukannya. Lebih tepatnya, merindukan setiap sentuhan dan kenikmatan yang dia berikan padaku.

Baru saja membayangkan Nicholas, tiba-tiba wujudnya sudah ada di depanku dengan senyum merekah. Senyum yang kadang membuatku berdebar sekaligus turn on. Aku penasaran, kali ini dia akan mengajakku kencan ke mana lagi supaya kita bisa saling menggapai kenikmatan.

"Ikut aku," ajaknya. Tanpa bertanya lebih lanjut, aku mengiakan tawarannya.

Menggunakan mobil tua dari orang tuanya, Nicholas mengajakku pergi entah ke mana. Setelah berkendara sepuluh menit, akhirnya mobilnya berhenti di sebuah rumah sederhana khas pedesaan Eropa yang sangat homey.

"Ini rumah siapa?" tanyaku dengan mata berbinar. Rumah antik ini sangat memikat mataku.

"Rumahku. Well, maksudnya rumah kita, itu pun kalau kamu tidak keberatan tinggal di pedesaan."

Woman & Desire [1st Desire Series]Where stories live. Discover now