Cowok Cupu (3)

112K 1.4K 32
                                    

"Gede banget ...."

Tanpa sadar aku menggumam saat penis Junot menyapaku begitu aku memelorotkan celananya. Batangnya itu mengacung sempurna, tegak, tebal, dan berurat. Aku bahkan refleks meneguk saliva tanpa bisa mengalihkan pandanganku dari kejantanannya.

Tanganku terulur menyentuh penis menggiurkan tersebut. Bahkan satu tanganku tidak bisa menangkup seluruh kejantanannya. Serius, ini penis paling menggairahkan yang pernah aku lihat dan pegang.

Dan sekarang, aku penasaran bagaimana rasanya saat penis itu menyodok vaginaku.

Kepalaku perlahan mulai menunduk mendekati penis Junot. Kujilati kepala penisnya dengan ujung lidah sebelum memasukkan kejantanan tersebut ke dalam mulutku. Saking besarnya, aku hanya bisa mengulum setengah batang besar tersebut.

"Ohh ...."

Junot mengerang kasar saat aku mulai memaju-mundurkan kepalaku. Sisa kejantanan yang tidak bisa masuk ke mulutku aku kocok menggunakan tangan. Buah zakarnya yang menonjol menantang aku elus dengan lembut dan sensual, sesekali meremasnya pelan.

"Kamu ... mulutmu enak ...," puji Junot. Aku bisa merasakan tangannya meraih sejumput rambutku lalu mulai menariknya ke atas. "Andin ...."

Aku melirik ke atas hingga tatapanku bertemu dengan mata Junot. Sambil mengulum penisnya, aku menyeringai melihatnya diselimuti nafsu seperti sekarang. Wajahnya merah padam. Suara bass-nya yang mendesah itu terdengar sangat seksi hingga membuatku menambah tempo permainan mulutku pada penisnya.

Desahan Junot terasa semakin kencang, hingga tak lama kemudian pelepasannya datang begitu saja memenuhi rongga mulutku. Aku lantas melepas kulumanku lalu menjulurkan lidah untuk menyambut cairannya yang menyembur mengenai wajahku.

Tubuh Junot bergetar dengan kejantanan masih mengacung sempurna. Begitu basah dan liat, membuatku semakin bernafsu hingga tanpa sadar aku sudah bangkit dan menduduki perut berototnya.

"Gue nggak punya kondom," akuku. Aku memang tidak mempersiapkan diri sejauh ini. Maksudku, aku tidak tahu kalau dia begitu menggairahkan hingga aku ingin merasakan penisnya mengoyak vaginaku.

"Aku juga nggak punya," balas Junot, seolah mengamini apa yang akan terjadi setelah ini. "Aku keluarin di luar."

Aku lantas tergelak kecil mendengar kalimat polosnya. "Lo pikir gue nggak bisa hamil walaupun lo keluarin di luar?"

Aku memundurkan pantatku hingga kini kejantanannya berada tepat bawah kungkungan liang senggamaku. Aku menggeseknya beberapa kali sebelum meraih batang tersebut dan menenggelamkannya begitu saja ke dalam vaginaku.

Aku sontak mendesah sambil menengadahkan kepala. Miliknya yang besar dan panjang itu memenuhi liang senggamaku yang berdenyut kencang.

Persetan dengan truth or dare. Yang aku mau hanya merasakan kejantanan itu mengoyak lubang kenikmatanku lebih lama dan dalam.

"Andin ... kalau kamu hamil, aku akan tanggung jawab," katanya.

Aku tidak membalas dengan ucapan. Sebagai gantinya, aku bergerak menaik-turunkan pantatku dan memulai permainan panas kami.

Aku mendesah kasar seiring dengan gerakanku yang semakin cepat. Kedua bokong dan payudaraku sama-sama memantul karena pompaan keras permainan ini.

Tak mau ketinggalan, Junot meraih kedua pantatku lalu meremasnya kasar. Pinggulnya ikut menghunjam ke arah berlawanan denganku hingga miliknya menghantamku dengan semakin dalam dan intens.

"Fuck!"

Aku mendesah erotis. Kuraih salah satu tangan Junot yang ada di pantatku lalu meletakkannya di atas payudaraku. Seakan tahu kode yang kumaksud, dia meremas payudaraku dengan kuat dan kasar.

Woman & Desire [1st Desire Series]Where stories live. Discover now