Maid (3)

86.1K 841 51
                                    

Sejak malam itu, hubunganku dan Pak Revan bergerak kian intens dan intim hingga membuat kami sama-sama terbuai oleh keadaan. Kami saling memuaskan, menjamah, dan memuji tanpa malu-malu. Kata Pak Revan, aku perempuan pertama yang berhasil membuatnya merasa jadi pria sejati.

Well, sekarang aku tahu kenapa banyak pria memilih selingkuh. Mereka bukan cari yang lebih, tapi cari yang berbeda dari pasangannya.

"Nanti malem jangan telat-telat pulangnya ya, Pak," kataku sembari mengancingkan kemejanya hingga rapi.

"Kenapa emangnya? Kamu mau kasih apa ke aku?"

Aku lantas tersenyum miring. "Rahasia."

"Mirna ...," erang Pak Revan. "Kamu selalu bikin aku gila. Bikin aku nggak mau ngantor biar bisa di sini sama kamu."

Jujur saja, aku merasa menang bisa menaklukkan Pak Revan. Aku bisa saja merebut Pak Revan dan mengambil alih posisi Vanka agar bisa jadi nyonya besar di rumah ini. Namun, aku memilih untuk bermain-main dulu.

Setelah mendengar bujuk rayuku, akhirnya Pak Revan bergegas berangkat ke kantor dan berjanji akan pulang tepat waktu agar bisa menikmati "hadiah" yang akan aku berikan.

Selama rumah kosong, aku menikmati waktu dengan bersantai dan merawat diri supaya aku bisa tampil cantik. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, setiap jengkal kulitku aku bersihkan agar Pak Revan tidak kecewa dengan hadiah yang akan aku sajikan.

Waktu berjalan dengan cepat sampai waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Tanpa mengenakan sehelai baju, aku lantas memakai apron hingga membuat bokong dan punggungku terekspos begitu saja tanpa penghalang. Setelah itu, aku bergegas pergi ke dapur dan mulai memasak untuk makan malam kami hari ini.

Yap, inilah hadiah yang akan aku sajikan ke Pak Revan. Aku ingin menyambut kedatangannya dengan tubuh telanjangku yang hanya tertutup secarik apron sialan yang panjangnya hanya menyentuh setengah pahaku.

Aku masih sibuk berkutat dengan masakanku saat mendengar suara mobil terparkir. Senyumku merekah tatkala melihat Pak Revan datang dengan tak sabaran dari arah garasi.

"Malem, Pak."

Pak Revan membeku dari tempatnya, menatapku tanpa mengedipkan mata.

"Saya masih masak buat makan malam nih. Tunggu sebentar ya."

Tak puas menggodanya, aku lantas berbalik lalu pergi ke arah kulkas agar bisa memamerkan tubuh bagian belakangku yang telanjang. Tak berhenti di sana, aku bahkan pura-pura mengambil bahan makanan di kulkas bagian bawah agar bisa menungging tinggi-tinggi.

Aku jelas bisa menebak apa yang akan terjadi saat aku mendengar suara derap langkah kaki mendekat. Tak lama kemudian, aku bisa merasakan seseorang menarik tubuhku paksa hingga kembali tegak lalu membalikkan tubuhku tak sabaran hingga tatapan kami bertemu.

"Aku mau makan hadiahku dulu," kata Pak Revan sebelum akhirnya menyambar bibirku lalu melumatnya rakus.

Aku suka ini. Aku suka saat Pak Revan mendominasi dan bersikap kasar padaku.

Dengan mudah Pak Revan melepas apronku hingga terjatuh di lantai. Matanya langsung jatuh pada dadaku yang menjadi favoritnya lalu mulai mencecap puncaknya yang menegang dengan brutal sampai aku melolong keenakan.

"Kamu gila, Mirna. Kamu nggak tau betapa tersiksanya aku di kantor tadi!" katanya di sela-sela kulumannya. "Cuma kamu yang bisa bikin aku uring-uringan kayak gini."

"Tapi Bapak suka, kan, sama hadiah saya?" tanyaku sambil berusaha menahan desah. Mulutnya memang selalu nikmat saat mencumbu setiap jengkal kulitku.

Pak Revan tidak menjawab, tetapi dari caranya mengulum dan meremas dadaku, aku tahu dia sangat suka ide nakalku ini.

Woman & Desire [1st Desire Series]Where stories live. Discover now