Cowok Cupu (2)

96.2K 1.2K 1
                                    

Setelah menempelkan lock card di pintu, aku pun membuka pintu di depanku lalu mempersilakan Junot masuk ke dalam sana. Aku sengaja memesan kamar suite super besar agar misi ini berjalan dengan nyaman. Lagi pula, Bobby yang membayar semua keperluan ini.

"Duduk dulu ya, gue mau ganti baju," kataku sebelum berjalan menuju kamar mandi yang terletak tidak begitu jauh dari sofa yang Junot duduki.

Di dalam kamar mandi, aku sudah menyiapkan selembar kaus putih crop top kekecilan super tipis yang hanya menutupi dada dan sedikit perut bagian atasku. Sementara untuk celananya, aku menggunakan hot pants mini yang bahkan tidak bisa membungkus seluruh bongkahan pantatku.

Ah, sialan. Aku benar-benar malas berakting binal hanya untuk tidur dengan seorang pria.

Ralat. Aku bahkan tidak benar-benar akan menidurinya. Sialan memang si Bobby.

Tak ingin membuang waktu, aku pun segera mengganti bajuku dengan "baju dinas" yang sudah aku persiapkan. Sengaja aku tanggalkan bra-ku agar aksiku berjalan mulus. Bahkan aku sempat memainkan putingku sebentar agar puncak dadaku itu menyembul menantang dari balik kaus tipis yang kupakai.

Selesai. Mematut diri di depan cermin, aku benar-benar terlihat seperti jalang sekarang. Luar biasa, Andin, effort-mu untuk menggoda si culun perlu diberi jempol.

Setelah merapikan penampilan, aku pun bergegas keluar dari kamar mandi. Dari ambang pintu, aku bisa melihat  punggung lebar Junot yang membelakangiku. Dia duduk di sofa sambil menunduk mempersiapkan buku-buku yang sama sekali tidak berguna malam ini.

"Sorry, lama," kataku sambil mengambil tempat duduk di depan Junot.

"Nggak apa-apa, akuㅡ"

Kalimat Junot tertahan di udara saat kepalanya menengadah. Dia menatap sekilas dadaku yang membusung dengan puting tercetak jelas sebelum membuangnya ke sembarang arah.

"A-aku baru selesai siap-siap," lanjutnya sedikit terbata.

Aku menyeringai. Sepertinya menggoda Junot cukup menyenangkan. Aku pun mencondongkan tubuhku hingga belahan dadaku terekspos sempurna di depan matanya. Pantatku sengaja aku naikkan sedikit tinggi, seperti sedang menungging.

"Boleh minta tolong ambilin tas gue nggak?" tanyaku sambil menunjuk tasku yang berada tepat di samping tubuhnya.

Tanpa menatapku, Junot langsung meraih tasku lalu memberikannya padaku. Astaga, mukanya benar-benar merah padam. Apa dia malu? Atau ... horny?

"Jun."

"Hm?"

Dia masih membuang arah, membuatku gemas setengah mati. Aku pun bergegas beranjak dari kursiku lalu memilih duduk tepat di samping tubuhnya.

"Kamu mau apa, Andin?" tanya Jun saat aku berusaha mempersempit jarak di antara kami.

Aku mengabaikan pertanyaannya. Sebaliknya, aku justru semakin mengimpitnya hingga punggungnya menabrak pinggiran sofa. Dadaku menempel erat di atas di dadanya, tanpa jarak.

Aku menatap wajah Junot lekat. Dari jarak sedekat ini, meski dahinya tertutup poni tebal, aku bisa melihat kalau dia tidak jelek-jelek amat.

Ralat. Sepertinya, jika kacamata aneh itu terlepas dari wajahnya, dia punya potensi jadi cowok paling disukai di kampusku.

"Lo pernah tidur sama cewek sebelumnya?"

"Apa?"

Penasaran setengah mati, aku pun meraih kacamata kotaknya lalu melepasnya dari wajahnya.

Woman & Desire [1st Desire Series]Where stories live. Discover now