My Friend's Daddy (2)

123K 1K 1
                                    

Aku mendesah saat air hangat mengguyur tubuhku dan Dave. Sepertinya kami sudah sama-sama tidak sabar. Jadi, tanpa mau repot-repot menunggu lebih lama lagi, bibir kami pun kembali saling beradu, saling mengecup dan membelit dengan sangat brutal.

Dave menurunkan ciumannya ke ceruk leherku. Dia menggigitnya kasar, memberikan tanda kemerahan di sana. Setelah puas bermain di leherku, ciumannya beringsut turun menuju dadaku yang puncaknya sudah mencuat sempurna dan menantang.

Dave menatapnya selama beberapa jemang sebelum membelainya lembut. Dia menggesek kedua putingku menggunakan ibu jari sebelum meremas buah dadaku menggunakan tangan besarnya.

"Lick and suck them, Dad," rintihku memohon, tak lupa diiringi desahan nakal supaya Dave semakin liar memainkan payudaraku.

Tak lama berselang, aku bisa merasakan sesuatu menjilat dan mengisap payudaraku kasar. Dave memainkan putingku gemas sambil sesekali membuat gerakan memutar di sekitar areolaku yang membuat perut bawahku seketika bergelinjang.

Shit! Kenapa lidahnya senikmat ini?

Aku menekan kepalanya, seolah tak mengizinkan Dave untuk menyelesaikan permainan ini. Lidahnya semakin kuat bermain di sana, sesekali dia menggigit payudaraku hingga menimbulkan bekas merah.

"Your tongue is fucking hot!" desahku tak keruan.

Saat tubuhku kian memanas di bawah pancuran shower, Dave justru menghentikan permainannya di dadaku lalu bergerak semakin turun untuk menyejajarkan wajahnya dengan organ intimku. Dave mengangkat paha kananku lalu menyampirkannya di bahu kirinya agar selangkanganku kian terekspos di depan wajahnya.

Dave mengendus vaginaku dalam-dalam sembari membelai perut bagian bawahku yang gundul tak ditumbuhi sedikit pun rambut.

"Kau benar-benar mempersiapkan diri untuk malam ini, huh?" tanyanya, masih sambil bermain-main di perut bawahku.

"Yes. I need forever for this."

"For what?" tanya Dave lagi. Dia semakin nakal menggodaku dengan memainkan klitorisku menggunakan ibu jarinya. "For this?"

Aku menggigit bibir. Mataku terpejam. Aku bahkan tak bisa menjawab pertanyaannya. Otakku seperti berhenti bekerja.

"Tell me. What do you want, Jenny?" desaknya, masih sambil memainkan klitorisku.

"I want you to taste me. I want your cock inside my vagina. I want you to fuck me!" Aku yang sudah tak tahan pun langsung menjawab dengan frustrasi. "So pleaseㅡahh!"

Aku nyaris memekik saat Dave menyibak bibir vaginaku lalu menjilatnya brutal. Dave memainkan klitorisku menggunakan lidahnya sebelum menyusupkan lidahnya ke dalam liang senggamaku.

Pinggulku otomatis bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti irama jilatannya. Pun dengan tanganku yang langsung meraih rambutnya lalu sedikit menjambaknya agar terus menusuk vaginaku menggunakan lidahnya.

Fuck! His tongue literally heaven. He's so good.

"Dad ...."

Aku menggelinjang bersamaan pelepasanku yang datang. Cairan cintaku melebur di dalam mulutnya berbarengan dengan air yang turun dari shower.

Sialan. Aku benar-benar orgasme hanya dengan lidahnya.

Dave bergegas bangkit lalu mencium bibirku panas selama beberapa detik. Setelah itu, dia segera membalikkan tubuhku lalu mengimpitku di kaca pembatas yang terletak di sisi kanan shower. Dia terus menempelkan tubuh bagian depanku di kaca tersebut hingga dadaku tertekan. Siapa pun di luar kamar mandi pasti bisa melihat payudaraku tercetak jelas karena ulah Dave.

"I'm not preparing anything. I don't even have condom," bisik Dave sambil membelai punggungku yang basah.

"Fuck kondom! Aku ingin merasakan penismu langsung tanpa penghalang," jawabku tak sabar, terdengar begitu binal.

Dave tidak mengatakan apa pun. Namun, tangannya langsung bergerak meraih salah satu pangkal pahaku lalu dia angkat tinggi-tinggi hingga liang senggamaku terbuka. Tanpa menunggu lebih lama, dia segera melesakkan kejantanannya memasuki lubang vaginaku dengan sekali hentak. Sangat kuat hingga tubuhku menghantam kaca di depanku.

"Shit, Dave!" Dia bahkan belum benar-benar menggerakkan pinggulnya, tapi vaginaku terasa penuh hanya karena kejantanannya berada di dalam sana.

Dave menarik pelan penisnya lalu mendorongnya lagi dengan kuat. Dia terus melakukan itu hingga semakin lama gerakannya menjadi cepat.

In and out. Penisnya terus menghunjam titik terdalam liang senggamaku hingga membuat desahanku semakin keras memenuhi kamar mandi. Sodokannya begitu dalam dan mantap. Tangan kanannya yang bebas beringsut turun menuju klitorisku kaku menggeseknya kasar hingga aku semakin kelimpungan dibuatnya.

"Dad ... mau keluar ...."

"Tahan."

Aku menggeleng kencang. Ini terlaku nikmat. Bagaimana bisa aku menahan diri?

"Aku benar-benar nggak bisa," ujarku frustrasi. Benar saja, tak lama kemudian aku kembali orgasme. Cairannya keluar begitu deras hingga merembes menuruni celah pahaku.

Napasku terengah. Dave membalikkan badanku lalu melilitkan kedua kakiku di pinggangnya, membuat kejantanannya kembali melesak memasuki vaginaku tanpa aba-aba.

"Aku belum keluar," ujar Dave. Dia bergegas mematikan shower lalu membawaku ke kamar.

Air menetes membasahi lantai, tetapi kami tak peduli. Dave segera menidurkanku di pinggir ranjang sementara dia masih dalam posisi berdiri. Dave lalu meraih kedua pangkal pahaku sebelum dia renggangkan lebar-lebar.

Kini aku bisa melihat miliknya terbenam di dalam milikku. Vaginaku seketika kembali berkedut, terlebih saat Dave menatap penyatuan kami lekat-lekat.

"Turn on lagi, hm?" goda Dave, seakan sadar kalau aku kembali horny. Mungkin sekarang penisnya terasa seperti diremas kuat oleh vaginaku.

"Mau lagi, Dad."

"Mau apa?"

"Fuck with you."

Dave menyeringai sebelum kembali menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah agar bisa menghunjam penisnya lagi. Dia terus melesakkan kejantanannya begitu kuat hingga membuat payudaraku memantul kencang. Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Dave pun segera meraih kedua payudaraku lalu meremasnya kasar sambil sesekali memilin putingnya gemas.

Bunyi kulit telanjang kami yang terus bergesek membuat gairahku semakin naik ke ubun-ubun. Aku segera mencengkeram kedua tangannya yang sedang berada di dadaku lalu menggenggamnya erat.

"Dad ...."

"Come with me."

Dave menarik penisnya lalu melesakkannya mantap dan kasar hingga pelepasan kami datang secara bersamaan. Dia memuntahkan cairannya di dalam rahimku, begitu pun dengan aku yang kembali orgasme untuk yang ketiga kalinya.

Napas kami sama-sama memburu hebat, saling berebut oksigen yang terasa menipis. Setelah sama-sama berhasil mengendalikan diri, Dave pun mencabut penyatuan kami lalu merebahkan diri di sampingku. Dia melumat bibirku intens sambil membelai pipiku begitu lembut hingga aku lagi-lagi terbuai.

"Tidur bersamaku di sini?" tawar Dave yang langsung kubalas dengan anggukan mantap, meski aku tahu, tidur yang dia maksud bukan hanya tidur, karena saat pagi menyongsong, kami kembali bercinta gila-gilaan hingga tanpa sadar jam sarapan sudah tiba.

Dave benar-benar membuatku gila!

Woman & Desire [1st Desire Series]Where stories live. Discover now