My Husband's Bodyguard (3)

150K 1.5K 16
                                    

Aku dan Nathan semakin gila-gilaan menjelang hari ketujuh pengurungan kami di rumah besar ini. Hampir setiap saat kami bercinta. Setiap sudut rumah ini sudah kami cicipi hingga aku bisa mencium bau seks.

Nathan sangat perkasa. Tubuhnya begitu liat. Setiap sentuhannya sangat memabukkan. Kalau Raymond tahu betapa gilanya kami saat bercinta, mungkin dia akan mengejekku munafik.

"Morning."

Lamunanku buyar saat merasakan sepasang lengan melingkar di perutku dari belakang. Hidung mancung Nathan menyusuri leher jenjangku sebelum memberikan kecupan basah di sana.

"Masak apa?" tanyanya.

"Steak. Cuma ini satu-satunya bahan di kulkas."

Nathan hanya diam. Perlahan tangannya menuntunku untuk memutar tubuh hingga pandangan kami bertemu.

"Ini hari terakhir kita dikurung di sini. Setelah ini, apa yang akan kita lakukan? Bagaimana dengan hubungan kita?"

Nathan memberondongiku dengan dua pertanyaan penting. Aku hanya bergeming, tak tahu harus membalas apa.

"Kamu ... menyukaiku?" tanyanya lagi. Aku hanya diam. "Jadi, kamu hanya menganggapku sebagai pria yang harus menghamilimu."

"Bukan begitu!" potongku cepat saat dia seenak jidat mengambil kesimpulan sendiri. "Aku ... perasaanku masih terlalu bias. Aku suka berada di dekatmu. Aku nyaman. Terlebih, kamu begitu memuaskan."

"So, you like my cock?"

Aku tersipu mendengar pertanyaan nakalnya. "Aku suka semua yang ada pada dirimu, Nath. Tapi, kurasa terlalu jauh jika menyimpulkan perasaan ini sebagai rasa cinta."

"Jadi, kamu ingin kita berhenti sampai di sini?"

"Bukan!"

Nathan tergelak. "Jadi maumu apa, Jess?" tanyanya final yang membuatku justru semakin bingung. "Aku akan mengatakannya sekarang. Aku menyukaimu. Dan aku tidak mau hubungan kita berhenti sampai di sini."

Aku terkesiap. Selama 24 tahun, baru kali ini aku mendapat pernyataan suka dari seorang pria. Dadaku berdesir. Jantungku berpacu gila-gilaan.

"Aku juga tidak mau kita berhenti sampai hari ini saja, Nath. Aku ... aku ingin punya anak dari kamu. Bukan demi Raymond, tapi demi diriku sendiri."

Seutas senyum tipis muncul dari bibir Nathan. Wajahnya mendekat sejengkal demi sejengkal sebelum pagutan kami menyatu. Dia melumat bibirku kasar sambil melingkarkan kedua pahaku di pinggangnya.

Tanpa melepas ciuman kami, dia membawaku menuju sofa ruang tamu. Dia mendaratkan pantatnya di sana hingga kini aku berada di atas pangkuannya.

"Kamu benar-benar ingin hamil anakku?" tanya Nathan di sela-sela ciumannya.

"Ya. Hamili aku."

Nathan menyambar bibirku lagi lalu mengisapnya kencang. Aku yang sudah tak tahan pun segera membaringkannya di sofa. Kududuki tubuhnya yang hanya berbalut boxer hitam. Kutatap matanya dalam-dalam.

"Kali ini, biar aku yang memimpin."

Nathan menyeringai lebar sambil meraih kedua dadaku yang hanya tertutup bra. Dia meremasnya kencang hingga membuatku mendesah.

"Ride me harder, Jess."

Aku mencengkeram kedua tangannya yang meremas dadaku sebelum mendorongnya menjauh. Dengan gerakan sensual, tanganku bergerilya melepas kaitan bra di punggung lalu membuang seonggok kain itu ke lantai.

Woman & Desire [1st Desire Series]Where stories live. Discover now