Step Father (1)

102K 845 2
                                    

Kalau kalian tanya siapa pria paling menyedihkan di dunia ini, aku akan menjawab Mike. Pria yang usianya 25 tahun di atasku, sekaligus ayah tiriku.

Aku tidak tahu apa alasan Mike menikah dengan Mama. Yang jelas, saat Mike menikahi Mama, Mama dalam keadaan sakit keras. Mike yang saat itu adalah dokter yang merawat Mama jelas tahu fakta tersebut. Alhasil, beberapa minggu setelah mereka menikah, Mama meninggal dunia.

Sebenarnya, aku juga heran dengan keputusan Mike. Maksudku, dilihat dari sisi mana pun, dia sangat pantas menikah dengan wanita yang jauh lebih baik dari mamaku.

Well, aku tidak bilang mamaku buruk, tapi melihat kondisi mamaku saat itu, Mike bisa mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari sekadar menikah dengan Mamaㅡdan itu terbukti setelah mamaku meninggal. Dia kaya, dokter berbakat, dan terkenal.

Lagi pula, di usianya yang hampir memasuki 50 tahun, Mike masih sangat sangat sangat tampan dan gagah. Menurutku, dia pria—nyaris—setengah abad paling menawan yang pernah aku temui. Jadi, agak sayang saja dia menyia-nyiakan wajah di atas rata-ratanya itu dengan menikahi Mama lalu ditinggal mati begitu saja.

Setelah mamaku meninggal dua bulan lalu, aku dan Mike memutuskan tinggal bersama di rumah Mama yang terletak di pinggiran kota. Aku yang meminta, karena aku tidak mau rumah ini kosong tak berpenghuni. Bagaimanapun, rumah ini punya banyak kenangan yang tak mau aku lupakan begitu saja.

Beruntung, Mike menerima tawaranku. Aku tidak bisa membayangkan tinggal sendirian di sini. Selain jauh dari pemukiman, aku juga butuh teman bicara. Dan Mike satu-satunya "keluarga" yang aku miliki sekarang.

"Dad?"

Aku baru saja pulang dari kantor saat melihat ruang tamu dalam keadaan sepi. Ruang tengah dan dapur juga dalam keadaan yang sama. Karena tidak menemukan keberadaan Mike, aku pun memutuskan pergi ke kamar Mike.

"Dad?" panggilku lagi sambil mengetuk pintu. Tak mendapatkan jawaban, aku lantas membuka perlahan pintu di hadapanku itu.

Kosong. Lampunya menyala, tapi Mike tidak ada di sana. Saat hendak keluar, aku mendengar suara shower dari dalam kamar mandi yang terletak di ujung kamar.

Pantas saja aku tidak menemukannya di mana-mana, rupanya Mike sedang mandi.

"Dad, akㅡ"

"Hmmm ...."

Aku tersentak mendengar lenguhan kecil dari dalam sana. Kakiku seketika memaku di lantai.

Tunggu. Apa Mike sedang membawa perempuan lain di dalam kamar mandi? Atau jangan-jangan ....

"Sophie ...."

Lagi-lagi aku terperenyak. Bukan hanya gara-gara desahannya, tapi juga gara-gara namaku yang meluncur begitu saja di sela-sela erangan kasar Mike.

Aku meneguk saliva susah payah. Aku sudah 23 tahun, aku jelas tahu apa yang sedang Mike lakukan di dalam sana.

Tapi ... kenapa dia menyebut namaku?

Desahan itu terdengar semakin kasar. Tak lama berselang, Mike kembali melafalkan namaku, kali ini terdengar kasar dan menggebu-gebu.

Bak orang bodoh, aku hanya bisa mematung tanpa melepaskan tatapanku dari pintu kamar mandi di hadapanku. Hingga tanpa sadar, pintu di depanku terbuka, lalu muncullah Mike dengan tubuh setengah telanjang yang masih setengah basah. Bagian bawahnya hanya ditutupi handuk yang dia lilitkan asal.

Lagi-lagi, aku meneguk liur tanpa aku sadari.

"S-Sophie?!"

Sama seperti aku, Mike juga terkejut melihatku ada di depannya. Selama hampir satu tahun mengenal Mike, baru kali aku melihatnya bertelanjang dada. Dan sialnya, otot-otot perut dan lengannya berhasil mencuri seluruh atensiku, membuatku tak mau berpaling barang sejengkal pun dari tubuh liatnya.

Astaga. Apa benar Mike sudah hampir 50 tahun? Dia bahkan lebih seksi dari mantan-mantanku.

"Sudah berapa lama kau ada di sini?" tanya Mike, sedikit kelabakan. "Demi Tuhan, aku bisa jelaskan semuanyaㅡ"

Entah setan apa yang merasukiku hingga aku nekat mengikis jarak di antara kami lalu langsung meraup bibir seksinya itu dengan penuh nafsu. Aku tahu Mike sedikit tersentak, tapi tak butuh waktu lama, dia berhasil mengimbangi ciumanku hingga pagutan kami terasa semakin intens berkat balasan yang dia berikan.

Aku mengalungkan kedua tanganku di leher Mike. Gayung bersambut, tangan Mike beringsut naik menuju tengkukku lalu menekannya lembut untuk memperdalam ciuman kami. Bulu-bulu tipis yang ada di dagunya membuatku sedikit bergelinjang karena kegelian.

Saat napasku hampir habis, aku pun menghentikan ciuman kami agar bisa meraup oksigen sebanyak mungkin. Dadaku naik turun, begitu pula dengan dada bidang Mike.

"Sophie ...."

"Kau masturbasi sambil memikirkanku?" tanyaku to the point, tanpa tedeng aling-aling.

Mike menggeram kecil. Dia lantas menunduk, seolah tak mampu menatap mataku lagi.

"Maafkan aku, Sophie. Aku bisa menjelaskannya padamu," ujar Mike penuh sesal.

"Ya, kau memang perlu menjelaskannya padaku. Tapi nanti, setelah kita menyelesaikan ini."

Aku yang sudah kepalang bernafsu pun kembali menyambar bibirnya. Tak berhenti sampai di sana, kedua kakiku juga aku kaitkan di pinggang Mike yang hanya tertutup handuk hingga tonjolan di bawah sana bisa aku rasakan dengan sangat jelas, sedang menusuk perut bagian bawahku.

"You're horny," bisikku. Tidak mengelak, Mike mengangguk mengiakan.

"Yes. Because of you."

Bibir kami kembali saling memagut. Tak butuh waktu lama, tubuhku sudah telentang di atas ranjang, tepat berada di bawah kuasa Mike. Tubuh besarnya terlihat semakin menjulang dari posisiku sekarang.

"Boleh?" tanyaku sambil mengusap tonjolan di balik handuknya. Seolah mengerti apa yang kumaksud, Mike pun melepas kain tipis itu hingga kejantanannya terpampang nyata di depan mataku. "God ...."

Tanpa sadar tanganku menjulur menyentuh batangnya. Aku mengusapnya lembut hingga membuat Mike mengerang kecil.

"Mama pasti bahagia sebelum meninggal," ujarku tanpa melepas usapanku di sepanjang penisnya.

"Kenapa ... kau berpikir begitu?" tanya Mike diiringi desah kasarnya.

"Karena bisa merasakan penis besar Daddy."

Mike menggeleng. Sebelum tanganku bergerak semakin liar, Mike buru-buru meraih pergelangan tanganku lalu mengunci kedua tanganku di atas kepalaku sendiri. Sekarang, aku benar-benar tak berdaya di bawah kungkungannya.

"Kau salah, Sophie," katanya dengan napas memburu. "Aku tidak pernah tidur dengan ibumu."

"Apa?"

Aku membulatkan mataku tak percaya. Oke, Mike dan Mama memang tidak lama menikah, tapi ... bukankah mustahil kalau mereka tidak pernah tidur bersama? Lalu, apa yang mereka lakukan selama menikah?

Aku ingin menuntut penjelasan, tapi Mike sudah lebih dulu membungkam bibirku dengan lumatan kasarnya. Lumatan intens dan dalam yang membuatku seketika kembali lupa diri.

Mike melepas pagutan bibir kami di saat aku ingin membelitkan lidah. Bibirnya terlihat membengkak, napasnya terdengar semakin ngos-ngosan.

"Kita bisa berhenti sebelum terlambat," katanya, membuatku langsung menggeleng dengan mantap.

Dengan tubuh menggairahkan, nafsu meledak, dan wajahnya yang terlihat ratusan kali lebih tampan dari bawah sini, mana mungkin aku menghentikan permainan yang bahkan belum sempat dimulai ini?

"Don't stop. Fuck me now!"

***

Woman & Desire [1st Desire Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang