Montir (2)

96.7K 891 11
                                    

Aku mendesah kencang merasakan sapuan lidah Belvan di liang senggamaku. Ujung lidahnya itu menusuk vaginaku dalam-dalam sambil sesekali mencecap dan menggigit klitorisku gemas.

God, this is so good.

Tubuhku terus bergerak tak keruan seperti cacing kepanasan. Kedua tanganku sibuk meremas dadaku sendiri dengan perut bawah menggelinjang dan berkedut hebat.

"Belvan ... aku ...."

Aku meronta saat pelepasanku tiba. Cairan cintaku menyembur membasah lidah basah Belvan. Tanpa jijik, dia menampung cairan orgasmeku lalu menelannya dengan sensual.

"You're sweet," katanya.

Napasku masih memburu, sementara dia sudah melepas celana jeans dan boxer-nya hingga kejantanannya yang mengacung sempurna itu menyembul begitu saja di depan mataku.

Aku refleks menelan saliva susah payah. Benar-benar penis idaman yang selalu aku dambakan. Ukuran dan bentuknya yang berurat jelas sesuai dengan ekspektasiku.

Belvan berjalan mendekati meja di dekat kasir lalu membuka lacinya. Begitu dia kembali ke posisinya, dia sudah membawa sebungkus kondom di tangannya.

"Kau benar-benar sudah mempersiapkannya, huh?" tanyaku tak percaya. Belvan hanya menyeringai. Dengan gerakan sensual, dia membuka bungkus kondom tersebut lalu memakaikannya di batang panjangnya.

"Just prepare. Aku tahu, cepat atau lambat, hari ini pasti akan datang."

Belvan melangkah maju mempersempit jarak di antara kami. Dia arahkan kepala penisnya ke vaginaku lalu mulai melesakkannya dengan sekali entak hingga membuatku menjerit keras.

"You're so tight," ujar Belvan saat dirinya harus bersusah payah untuk memasukkan seluruh rudalnya itu ke dalam kemaluanku.

"Bukan aku yang sempit, kau yangㅡfuck!"

Aku memekik saat dirinya berhasil membenamkan seluruh inci penisnya ke dalam liang senggamaku. Organ intimku berkedut kencang gara-gara aksinya, padahal dia belum melakukan pergerakan apa pun di bawah sana.

"Kau ... gila," ujarku susah payah. Rasanya begitu penuh dan sesak hingga aku kesulitan bernapas. "Fuck me now."

Seringai tipis muncul di bibir Belvan. "As your wish."

Perlahan Belvan mulai menarik lalu mendorong kejantanannya memasuki lubang senggamaku. Hunjaman yang awalnya lembut itu lambat laun menjadi cepat dan intens hingga membuat tubuhku melambung dan tersodok dengan kencang.

Shit, aku sama sekali tidak pernah membayangkan akan melakukan seks dengan cara seperti ini. Di atas kap mobilku, di bengkel, dengan sosok Belvan yang gagah dan penuh oli mengungkungku posesif.

Belvan jelas melampaui imajinasiku sendiri.

Penis Belvan terasa semakin kuat menusuk vaginaku hingga menyentuh titik terdalam pusat kenikmatan yang belum pernah dijamah oleh pria mana pun pun. Aku meracau tak keruan, memohon padanya agar tidak menghentikan permainan.

Aku menjerit kencang saat pelepasanku datang. Cairanku menyembur begitu deras seperti air mancur, berceceran membasahi kap mobil hingga lantai bengkel Belvan. Aku kelojotan hebat saat Belvan justru melepas penisnya lalu memasukkan tiga jarinya untuk mengoyak vaginaku dengan brutal, membuat cairanku terus keluar tanpa mau berhenti.

"Squirting, hm?" tanyanya setelah aku melepaskan seluruh gelombang orgasmeku.

"And this is my first time," sahutku dengan suara parau.

Woman & Desire [1st Desire Series]Where stories live. Discover now