My Bodyguard (2)

86.9K 912 31
                                    

Tidak sulit bagiku untuk mendapatkan akses ke kamar president suit. Persis seperti kata Ayah, cukup bilang kalau aku anak Joseph Brown, maka petugas hotel akan langsung memberikan kartu akses padaku.

Di sepanjang lift, Kevin masih merengkuh tubuhku erat, seolah tak mau melepasku barang satu jengkal pun dari tubuhnya. Jujur, aku sangat menyukainya. Tubuhnya yang besar dan menjulang seakan membuatku tenggelam. Namun, entahlah, melihat wajahnya yang menggelap sedikit membuatku takut.

"Kev—"

"Maafkan saya, Nona. Saya gagal menjaga Nona dari Bob. Harusnya saya tetap berada di sisi Nona sehingga kejadian buruk tadi tidak menimpa Nona. Saya—"

Sebelum Kevin berceloteh lebih jauh, aku langsung menyambar bibir yang selalu jadi favoritku itu lalu melumatnya penuh nafsu. Aku tahu Kevin sempat tersentak, tapi dengan cepat dia berhasil mengimbangi ciumanku hingga lidah kami saling membelit dengan intens.

Aku baru akan mengelus celananya yang menggembung saat pintu lift terbuka. Dengan tak sabar, aku langsung menariknya keluar dari lift. Setelah menemukan kamar yang akan kami tempati, aku pun segera menempelkan kartu akses lalu membuka pintunya tak sabaran.

Begitu sampai di dalam, aku kembali melumat dan menyesap bibir Kevin dengan brutal. Gayung bersambut, Kevin membalas ciumanku lebih dalam daripada di lift.

Tanpa menunggu lebih lama, aku langsung melucuti semua pakaian Kevin. Setelah dia telanjang bulat, aku pun ikut menanggalkan dress-ku hingga aku juga telanjang di depannya. Saat mataku turun menuju pangkal pahanya, aku bisa melihat penis favoritku sudah setengah menegak.

"Apa maksud Anda, Nona?" tanya Kevin dengan napas memburu. Suaranya yang seksi itu membuatku tanpa sadar langsung bersimpuh di lantai hingga wajahku tepat berada di depan penisnya.

"Maksudku? Tentu saja ingin bercinta denganmu, Kev."

"Anda tadi menangis."

Aku tergelak. Kuraih batang besar milik Kevin lalu mengusapnya lembut. Lenguhan kecil meluncur dari bibir Kevin saat aku mulai mengocoknya ke atas dan ke bawah.

"Strategi supaya kita bisa di sini dan bercinta sampai puas. Aku tidak secengeng itu hanya gara-gara Bob," jawabku.

Aku menjilat ujung penis Kevin sebelum akhirnya melahap dan membenamkan seluruh jengkal penis itu ke dalam mulutku. Kepalaku bergerak maju mundur dengan cepat hingga membuat Kevin mendesah kasar. Aku bahkan bisa merasakan tangannya meraih sejumput rambutku lalu menjambaknya pelan.

"Fuck!" erang Kevin. Saat kepalaku menengadah, mataku bertemu dengan mata Kevin, membuatku semakin bernafsu mengulum kejantanannya yang kian membengkak di dalam mulutku. "Nona ...."

Aku bisa merasakan cairan hangat menyembur di dalam mulutku. Sebagian bahkan tumpah ke wajah dan dadaku karena mulut kecilku tak bisa menampung seluruh cairan orgasme Kevin.

Setelah puas mencumbu kejantanannya, aku lantas bangkit tanpa melepas pandanganku dari matanya.

"Sekarang, puaskan aku, Kevin."

Kevin mengerang sembari menggendongku ala bridal lalu meletakkanku di atas ranjang. Tatapan nyalangnya membuatku sedikit takut tapi juga bergairah di saat bersamaan.

"Anda harus dihukum, Nona, karena berhasil membuat saya khawatir setengah mati tadi."

Aku menyeringai mendengar kalimatnya. Aku suka hukuman, apalagi kalau Kevin yang memberikannya.

"Hukum aku sepuasnya, Sayang. Malam ini, aku milikmu."

Tanpa menunggu dua detik, Kevin bergegas bangkit dari atas tubuhku. Dia yang sedang berdiri di sisi ranjang membuat tubuhnya terlihat semakin menjulang, membuatku semakin tak berdaya.

Woman & Desire [1st Desire Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang