Chapter 88. Suasana Sebelum Penampilan

3.8K 747 93
                                    

"Tim berikutnya, bersiaplah!" teriak kru produksi saat tim Casper menyelesaikan evaluasi akhir mereka.

Hyerin, yang kembali dari jadwal festival, duduk bersama para juri sambil tersenyum meminta maaf karena masih mengenakan pakaian panggungnya, dan Minho memuji penampilannya.

"Wah, kamu cantik sekali hari ini," Minho berkata.

Hyerin menyeringai. "Bukankah aku cantik setiap hari?"

Jihyun terkekeh. "Aku lebih cantik ketika aku masih muda."

"Aku tidak bisa membantahnya," balas Hyerin. "Berapa banyak lagi tim yang akan tampil?" Hyerin bertanya sambil mengamati panggung. Kru produksi sedang mempersiapkannya dengan membawa berbagai alat peraga. Tirai asap dipasang di atas panggung yang ditaburi bunga berwarna putih.

"Ini adalah tim terakhir yang akan tampil," kata Gun. "Tetapi aku khawatir dengan tim ini. Meskipun memiliki banyak trainee berperingkat tinggi, penampilan mereka buruk selama evaluasi sementara. Dan ditambah lagi, Hwan juga akan hadir untuk menonton live shownya.”

"Aku harap mereka mempertimbangkan saran ku," Jihyun berkata dengan wajah penuh harap.

"Apakah panggungnya sudah siap?" Bone bertanya pada salah satu kru anggota tim produksi.

"Masih ada satu barang lagi pak," anggota itu menjawab. "Setelah itu, kami akan memanggil Tim Ace's ke atas panggung."

Bone mengangguk, kembali memainkan ponselnya. Para juri lainnya juga kembali ke percakapan santai mereka. Namun, mereka semua terhenti ketika sebuah benda besar berwarna putih diseret ke atas panggung.

Mata mereka membelalak karena terkejut.

"Apa itu?" seru Hyerin. "Jangan bilang—mereka akan menggunakan benda itu?"

Para juri tidak punya waktu untuk bereaksi ketika Tim Ace's telak naik ke panggung dan mengambil posisi mereka masing masing.

Lalu, intro dari lagu 'I Love You, Leave, I Love You, Don't Leave' mulai dimainkan.

Intronya terdengar sama tapi pada saat yang sama...itu terdengar seperti intro yang berbeda, ini.... terdengar lebih indah.

Latihan terakhir berlanjut, dan para juri menyaksikan penampilan mereka dengan terpesona.

Pada akhirnya, bahkan pin drop pun tidak terdengar di studio.

***

Angin sore yang dingin menyapu kerumunan penggemar yang antusias, masing-masing menunggu untuk memasuki studio. Di antara para penggemar, Jia berdiri paling depan dalam barisan, teman-temannya yang lain tidak dapat hadir karena mereka semua memutuskan untuk kembali ke rumahnya masing-masing setelah tahun ajaran berakhir. Jadi sekarang, Jia sendirian di luar gedung Azure, menunggu penjaga membuka gerbang studio untuk membiarkannya masuk.

Saat sudah memasuki studio, Jia mengenali wajah familiar di sampingnya. Itu adalah gadis yang sama yang Jia lihat selama liveshow pertama—fangirl Ren, yang teriakannya membuat kuping seseorang disampingnya ingin pecah.

"Hai," sapa Jia. "Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya."

Terlepas dari pertemuan di masa lalu, sikap gadis itu tetap menyendiri seperti sebelumnya.

"Kamu penggemar Ren kan?" Jia bertanya.

"Ya," gadis itu mengangguk. "Dan kamu adalah gadis yang memiliki teman-teman yang menyebalkan. Aku terkejut kali ini teman temanmu tidak ada di sini.”

Jia terkekeh canggung. "Ya, itu aku kurasa. Jika kamu tidak keberatan aku bertanya, siapa nama mu? Aku merasa kita akan lebih sering bertemu mulai sekarang.”

FROM THUG TO IDOL: TRANSMIGRATING TO A SURVIVAL SHOWWhere stories live. Discover now