FROM THUG TO IDOL: TRANSMIGRATING TO A SURVIVAL SHOW

Chapter 49: Apartemen June

"Oh, apakah kalian teman June?" Tuan Chang, pemilik toko serba ada, berseru ketika dia melihat lima orang pemuda berdiri di depan pintu.

"Ya tuan!" Jangmoon menimpali.

"Kalian sungguh tampan. Sepertinya aku pernah melihat kalian di Rising Stars," seru Tuan Chang. "'Apa yang membawa kalian kemari?"

C-Jay menyenggol bahu Jisung.

Jisung berdehem dan tersenyum malu-malu sebelum melangkah maju. "Aku melihat label nama Kak June berserakan di lantai kamar kami, dan itu mengarah ke toko serba ada ini. June memang menyebutkan bahwa dia bekerja selama istirahatnya, jadi kupikir kami bisa menemukannya di sini."

June memijat pangkal hidungnya.

"Dan kenapa sebenarnya kalian semua ada di sini?" June bertanya sambil memandang kelima pemuda itu satu per satu.

Akira, C-Jay, Jangmoon, Jisung, dan Minx berdiri disana dengan senyum malu-malu.

“Kami bahkan belum lengkap,” kata Jangmoon. "Hoon tidak mau pergi. Bin dan Eli ingin menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga mereka. Untung saja Jisung memberitahu kami tentang tempatmu bekerja! Kami ingin memberimu kunjungan mendadak kakk hehee." 

"Maksudku, kenapa kalian benar-benar ada di sini?" June bertanya dengan tidak sabar. “Kalian juga bisa menghabiskan hari ini bersama keluargamu.”

"Kami ingin menonton episode kedua bersamamu!" kata Minx.

June menghela nafas. "Nonton saja di rumah Jisung. Aku tidak akan ikut dengan kalian," katanya sambil mengambil kotak permen karet BenBen dari pelukan Tuan Chang dan maju selangkah.

“Tapi kami datang jauh-jauh ke sini,” kata Akira sambil berdiri di depannya dan menghalangi jalannya. “Ayo kita nonton bersama sama, Kak!”

"Tidak," June datar.

"Oh, ayolah," kata Tuan Chang. "Jangan terlalu kasar pada temanmu, June. Ini," katanya sambil meletakkan beberapa keripik di atas permen karet BenBen sebelum memberikan beberapa minuman kepada Akira. “Makan ini bersama teman-temanmu sambil menonton Rising Stars. Anggap saja ini hadiah dari lelaki tua ini. Jangan lupakan aku saat kalian semua menjadi terkenal.”

"Aww, terima kasih, Pak! Jangan khawatir. Aku akan memberi mu tanda tangan begitu aku jadi terkenal," C-Jay menimpali. "Sekarang ayo, June," dia memeluk June. "Ayo pergi ke rumahmu."

June menghela nafas frustasi.

Mereka berjalan ke apartemen June, dan sekelompok pemuda sangat bersemangat.

“Azure akan menayangkan penampilan episode ke dua hari ini, kan?” C-Jay bertanya.

Jangmoon mengangguk. "Yup! Aku melihatnya di teaser pagi ini. Ibuku bahkan membangunkanku karena wajahku diperlihatkan. Aku tidak sabar menunggu kalian melihat bagaimana kami menjadi pemenangnya," sesumbarnya.

"Aku juga senang dengan hal itu," Jisung tersenyum.

“Ngomong-ngomong, apa ini, Kak?” Jangmoon bertanya, mengenai kotak permen karet yang dipegang June saat ini.

"Permen karet BenBen," kata June acuh tak acuh.

"Permen karet BenBen?" tanya Minx. “Yang membuatmu bertambah tinggi?”

June mengangguk.

Akira terkekeh. "Aku melihatmu memakan sebungkus permen karet itu selama latihan kita. Saat itu kamu begitu kacau hingga menghabiskan 20 permen karet dalam sekali makan."

"Aww, apakah kamu ingin menjadi lebih tinggi, saudara?" C-Jay bertanya. “Jangan khawatir. Kamu sudah manis seperti ini.”

"Aku lebih tinggi darimu," kata June. Dia lebih tinggi 5 cm dari C-Jay!

"Tidak masalah," kata C-Jay. "Kepribadianku menutupi kekurangan tinggi badanku. Tapi jika kamu ingin bertambah tinggi, mintalah saran dari Jangmoon," katanya sambil menepuk punggung raksasa itu.

Jangmoon dengan malu-malu tersenyum dalam kemuliaan tinggi 187 cm miliknya. "Aku dilahirkan seperti ini."

June merengut. Dia juga tinggi saat menjadi Jun Hao yang dulu. Tapi sekarang, tingginya hanya 175 cm.

"Permen karet BenBen tidak efektif," kata Minx, yang tingginya 178 cm pada usia 16 tahun. "Percayalah, Saudaraku. Aku sudah mencobanya."

June tidak peduli.

Permen karet BenBen enak sekali.

Mereka sampai di depan apartemen June, dan kelima pemuda itu berhenti saat melihat kondisi gedung apartemen. Itu adalah bangunan tiga lantai dengan tulisan grafiti di seluruh dindingnya. Catnya terkelupas dan ternoda asap. Beberapa jendela retak, dan fondasi dindingnya tampak dalam kondisi buruk. Ada juga sekelompok remaja yang tampak seperti pemberontak di sudut sedang merokok sejenis ganja. Singkatnya, itu tampak mengerikan.

June terus berjalan namun terhenti saat dia tidak merasakan kehadiran mereka di belakangnya. Dia berbalik dan melihat mereka berlima memandangi gedung itu dengan mata terbelalak.

“Nah, apakah kalian akan berdiri saja di sana, atau kalian akan masuk ke dalam?” June bertanya.

Jangmoon mendekatinya dengan tatapan menyedihkan.

"Kamu tinggal di tempat seperti itu, saudaraku?"

"Iya," ucap June bingung kenapa mereka bersikap seperti itu.

"Sekarang, masuklah ke dalam sebelum aku berubah pikiran," tambahnya.

Mereka berlima dengan enggan mengikuti June menuju apartemennya. Begitu mereka masuk ke dalam, mereka merasa lebih sedih lagi untuk June.

'Ini terlihat seperti sangkar burung,' pikir Jisung. Dia memandang June, yang mengenakan topeng hitam, dan merasa kasihan padanya. 'Apakah kehidupan seperti ini yang dijalani June?'

Akira pun merasakan rasa bersalah. Dia mengomel kepada June tentang Rising Star yang menjadi "kesempatan terakhirnya", tetapi dia tidak pernah menjalani kehidupan seperti ini. Anjingnya hidup lebih baik dari June! Ini pasti jadi alasan kenapa June ingin debut sebagai idol kan?

C-Jay dan Jangmoon saling berpandangan dengan mata penuh pengertian dan berkaca-kaca. Mereka tidak pernah menyangka kakaknya akan hidup seperti ini.

'Kasihan kakak,' pikir Jangmoon.

'Aku semakin mengaguminya,' C-Jay merenung.

Minx juga merasakan rasa hormat baru pada June. Sejauh yang dia tahu, Jika itu dia, dia tidak akan pernah bisa hidup seperti ini!

Di sisi lain, June tidak menyadari tatapan melankolis mereka. Sebaliknya, dia merasa senang karena mendapat sekotak permen karet BenBen yang baru. Dia meletakkannya di sudut ruangan, matanya berkerut kegirangan.

Hal itu rupanya membuat C-Jay dan Jangmoon semakin emosi.

'Dia sangat bersyukur bahkan dengan hal-hal kecil dalam hidup!'

June kembali menatap mereka berlima, June bingung karena mereka memandangnya dengan mata lebar dan menghibur.

"Apa?" June bertanya.

"Tidak ada," ucap Akira sambil tersenyum kecil. "Sudah hampir waktunya untuk episode dua tayang. Bagaimana kalau kita segera menontonnya?"

T/N: pesan moral yang bisa kita ambil dari chapter kali ini adalah, Menjadi bahagia bukan berarti semuanya sempurna. Itu berarti kamu telah memutuskan untuk melihat melampaui ketidaksempurnaan. dan perlu selalu diingat bahwa bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, tapi rasa syukur yang membuat kita bahagia.
Tetapp semangattt jalanin harinya yaaa Starlights🌟

Jangan lupa tinggalkan jejak like nya yaa guys!! (⁠｡⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧