"Fuck!"

Aku kelojotan. Tubuh dan perut bawahku bergetar. Napasku memburu hebat.

"Your morning sex is always great," pujinya. Aku seketika mengulas senyum. Satu yang kusuka dari Louise. Dia tidak pernah gengsi memujiku dalam situasi apa pun.

Seakan tahu kalau aku sudah tak kuat melanjutkan seks dengan posisi ini, Louise pun segera merebahkanku di ranjang lalu mengungkungku dengan tubuh kokohnya. Dia mencium bibirku lembut, lalu turun ke leher, tulang selangka, dada, dan berakhir di perut.

Louise mengelus stretch mark yang ada di perutku lalu menciumnya lembut. Aku selalu suka perlakuannya yang satu ini.

"Kau cantik. Jangan ubah apa pun dari tubuhmu saat ini."

"Tapi lemakku berkumpul di perut, Lou. Setidaknya aku harus diet."

Louise menggeleng. "Justru aku suka lemak di perutmu. Menggemaskan," katanya sebelum mencium perutku lagi.

Ciumannya perlahan turun menuju liang senggamaku yang masih basah kuyup karena pelepasanku beberapa saat yang lalu. Louise segera merenggangkan pahaku lebar-lebar lalu mulai mencumbui organ intimku dengan lidah panjangnya.

Lidahnya menari-nari begitu lihai di atas kemaluanku. Dia menyedot, menusuk, dan menjilat klitorisku hingga aku kembali menggelinjang.

"Oh ... Lou ...."

Aku bergerak seperti cacing kepanasan. Tak puas dengan lidah, Louise pun memasukkan ketiga jarinya secara langsung lalu mengoyak liang senggamaku dengan cepat dan intens.

Shit! His touch too good to be true.

Aku menjerit kencang saat pelepasanku lagi-lagi datang. Cairan cintaku menyembur membasahi ranjang Luke, membuat Luke semakin bersemangat menggerakkan jarinya hingga cairanku habis tak bersisa.

God, he's fucking good.

Tangan Louise yang basah berkat pelepasanku perlahan bergerak naik menuju perut dan dadaku hingga tubuhku jadi ikut mengilap dilapisi cairan cintaku. Louise meremas dadaku kencang sebelum mengulum puncaknya yang mencuat sempurna dengan penuh nafsu.

"I want this forever," ujarnya sambil membelai payudaraku lembut, penuh damba.

"Mereka milikmu."

Louise tersenyum. Tubuhnya kembali menegak sembari membuka kakiku lebar-lebar hingga liang senggamaku terpampang nyata di depan matanya. Tanpa menunggu lebih lama, dia kembali melesakkan kejantanannya lalu mengentaknya kuat memasuki lubang kenikmatanku.

"Ahh!!"

Aku menjerit saat sodokan Louise terasa semakin kuat. Dadaku bergoyang hebat, seirama dengan gerakan pinggulnya yang menghantam tubuh telanjangku. Tak ingin melewatkan kesempatan, Louise segera meraih kedua dadaku yang memantul lalu meremasnya kasar.

"Louise ... astaga!"

Aku nyaris terisak merasakan kenikmatan yang Louise tawarkan. Demi Tuhan, ini terlalu dalam. Terlalu nikmat. Terlalu intens. Terlalu membabukkan.

Gelombang orgasme lagi-lagi mengantamku. Begitu dahsyat hingga aku hanya bisa pasrah di bawah kungkungan Louise. Louise menyentak kejantanannya kuat-kuat sebelum ikut melepaskan cairan cintanya ke dalam rahimku.

Napas kami sama-sama berderu kencang, berlomba-lomba meraup oksigen di kamar Louisem. Peluh menetes membasahi tubuhku, membuatku yakin kalau penampilanku sudah tidak keruan.

Tanpa melepas penyatuan kami, Louise merebahkan kepalanya di samping dadaku. Seolah seperti kebiasaan, setelah bercinta seperti ini, dia selalu memintaku untuk memiringkan tubuh agar bisa menyusu seperti bayi manja yang sedang kehausan.

Well, aku sama sekali tidak keberatan. Dia menyukai gumpalan lemak di dadaku, dan aku menyukai caranya mencumbu gumpalan lemak tersebut.

"Grace. Jangan tinggalkan aku." Sambil membelai dadaku, Louise mengucapkan kalimat yang belum pernah aku dengar sebelumnya.

Aku lantas sedikit menunduk agar bisa menatap matanya. "Apa?"

"Don't leave me. I really love you."

Aku terperenyak, merasa bahagia sekaligus heran melihat tingkahnya.

"Harusnya aku yang bilang begitu, Lou. Aku tahu, banyak wanita cantik dan seksi menginginkanmu di luar sana. Bukan tidak mungkin kau berpaling kepada mereka."

"Kau meragukan perasaanku?"

Jujur, iya. Saat pertama kali menyatakan perasaan, kupikir Louise hanya main-main. Kupikir dia hanya bosan dengan wanita cantik dan seksi hingga meminta wanita gendut sepertiku menjadi pacarnya. Aku bahkan berpikir kalau hubungan kami tidak akan lebih dari dua bulan.

Namun, saat menatap matanya sekarang, aku ... tidak bisa menemukan keraguan.

"Aku akan mengumumkan hubungan kita kepada orang-orang di studio. Aku lelah backstreet seperti ini."

"Louisㅡ"

"Kenapa? Kau malu berpacaran denganku?"

Damn, apa yang dia bicarakan? Kalau ada yang malu, harusnya dia karena punya pacar sepertiku.

"I love you, Grace. I want to spend the rest of my life with you. I'm serious."

Lagi-lagi aku tak menemukan keraguan di matanya. Maka, tak ada yang bisa aku lakukan selain mengangguk.

"Baik, kita umumkan hubungan kita. Louise, aku mencintaimu."

***

Ada yang punya ide lain? Coba tulis di sinii hehe

Woman & Desire [1st Desire Series]On viuen les histories. Descobreix ara