"Aisyah udah nitip mereka di umi."

"Tapi kamu tetap ngga boleh ikut. Dengar kata suami!" Ucap Gus Ilham tegas.

"Lagian kata dokter nya, Aisyah harus banyak gerak biar pas persalinan tidak kesusahan."

"Ya tapi ini upacara, kamu cuma berdiri dan diam ditempat. Mau kaki kamu bengkak lagi, berdiri terus?"

"Nggak apa-apa." Ucap Aisyah lagi.

Gus Ilham menghela nafas panjang. "Ya, terserah kamu."

"Yaudah." Kata Aisyah berbalik badan. Ia melangkah pergi ke balkon kamar, meninggalkan sang suami yang sudah tersulut emosi.

Saat Aisyah keluar, Gus Ilham menyalurkan emosinya dengan meninju tembok dihadapannya. Membuat suara keras.

Sementara di sisi lain, Arsya dan Arsyi terkejut dengan suara itu. Mereka berdua lari bersembunyi dibawa kolom meja

"Tadi suara apa ya?" Tanya Arsyi.

"Apa jangan-jangan itu suara gempa!" Pekik Arsya. "Aci gimana nih, kita masih kecil nda bisa selamatkan diri. Kucing-kucing Aca juga kasian."

Arsyi mengernyit bingung. "Gempa itu apa?"

Arsya mengerjapkan matanya polos. "Nda tau. Tapi kata kakek berbahaya. Harus sembunyi dibawah meja."

"Jadi gimana dong, kita minta tolong sama Allah, aja yuk!"

Arsya mengangguk.

"Ya Allah, badan Aca sama Aci masih kecil, kami belum bahagiain umi sama abah, Aca sama Aci mohon. Tolong selamat kan kami...Aamiin!"

"Aamiin!" Sahut Arsyi.

Arsya tersenyum,mengusap kepala kembarnya dan menyelipkan anak rambut Arsyi yang berantakan.

Hingga sekitar dua puluh menit berlalu, Arsya dan Arsyi masih saja berada di bawah kolom meja. Bahkan Arsyi sudah tertidur pulas disana. Sedangkan sang kembaran, sekuat mungkin menahan kantuknya yang sudah menyerang.

"Selamat tidur Aci bawel." Arsya pun ikut menyusul ke alam bawah sadarnya.

****

Sore harinya, Aisyah masuk ke dalam kamar anak-anaknya. Karena sedari tadi kedua anak itu tak ada suara. Mereka juga harus bergegas untuk mengaji.

"Arsya Arsyi?" Aisyah mengernyit bingung saat kasur masih tertata rapi. Tetapi mainan berserakan dimana-mana. Dan kedua anak itu tak nampak di kamar.

Aisyah mengecek balkon dan kamar mandi, bahkan sampai ke dalam lemari pun, wanita itu cek. Sayangnya belum juga menemukan anak-anaknya.

Aisyah mulai gelisah, badannya panas dingin. "Mas, mas Ilham!"

Sambil memegang perutnya, Aisyah melangkah cepat memanggil suami yang berada di lantai bawah.

"Mas Ilham!"

"Aisyah, kenapa?" Tanya Gus Ilham yang ternyata ada di dalam kamar.

"Arsya Arsyi ada sama kamu?"

"Nggak ada, aku baru aja turun ke bawah. Mereka nggak ada tuh."

Aisyah Aqilah || TERBITWhere stories live. Discover now