bagian 32

36.8K 4.5K 1.1K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Dari kisah Adam dan Hawa, aku belajar. Ujian cinta itu, jarak dan rindu."

"Dan jarak yang paling menyakitkan itu, ketika kamu seorang hamba, jauh dari tuhannya. Sesungguhnya Allah azza wa jalla."

—Ilham Syakir Vernando.

****

Happy reading. [ bantu tandai kalau masih ada typo]

Siang ini Gus Ilham bergegas menuju pesantren, satu asrama didapati setumpuk surah yang berasal dari lawan jenisnya. Pada dasarnya pesantren melarang adanya saling mengirim surat pada lawan jenis. Dan apabila kedapatan seperti itu, maka santri akan siap menanggung resiko dan hukuman.

Walaupun bukan lagi menjabat sebagai keamanan pesantren. Gus Ilham masih terbilang aktif dalam penghakiman santri-santri yang melanggar. Menurutnya tidak ada yang bisa menghukum santri agar kapok selain  ia dan tidak ada pula santri yang tidak takut padanya.

"Assalamualaikum." Salam Gus Ilham masuk ke dalam ruangannya. Disana sudah ada Ustadzah Arafah menunggunya.

"Waalaikumsalam, Gus Ilham. Ini barang nya." Ustadzah Arafah langsung menyerahkan barang bukti.

Gus Ilham tercengang, melihat satu karung yang lumayan besar ini, semuanya berisi surat.

"Asrama mana?" Tanya Gus Ilham.

"Khadijah satu." Ucap Ustadzah Arafah.

"Tolong panggilkan santri-santri nya."

Ustadzah Arafah mengangguk dan beranjak pergi.

Tak lama kemudian datang lima orang santri menghadap di ruangan Gus Ilham. Wajah mereka semua terlihat pucat pasi. Siapa sih, yang tidak takut dengan gus galak satu ini.

"Surat dari siapa?" Tanya Gus Ilham.

"Afwan Gus. Kami benar-benar tidak tau surah itu. Selama ini kami belajar di pesantren, tidak pernah dari kami melanggar aturan, apalagi sampai saling berkirim surat dengan Akhwat." Ucap salah satu santri itu bersahut.

"Bagaimana dengan barang bukti ini?"

"Demi Allah yang maha adil. Kami semua benar-benar tidak tahu dari mana surah itu muncul Gus. Tiba-tiba ada di plafon asrama kami."

Gus Ilham tidak bersuara lagi. Membuat suasana semakin panas, padahal Ac di ruangan terus masih menyala. Kelima santri itu semakin deg-degan.

Gus Ilham lalu membuka isi karung, dan mengambil salah satu surat tersebut. Saat membaca nama yang tertera disana Gus Ilham membulatkan matanya.

"Asrama Khadijah satu...? asrama yang Aisyah tempati." Gumam Gus Ilham. Pria itu menggeleng pelan. "Yasudah kalian semua silakan keluar."

Semuanya menghela nafas panjang. "Syukron Gus."

"Na'am."

Setelah pintu ruangan tertutup. Gus Ilham mulai membuka surat tersebut dan membaca isinya. Tiba-tiba mata Gus Ilham jadi panas, wajahnya menjadi merah menahan api cemburu. Surat yang sudah hampir buluk itu, mampu memancing emosinya.

Gus Ilham melempar surat tersebut ke sembarang arah. Ia mengusap wajahnya. "Astaghfirullah, bikin emosi saja."

Gus Ilham bangkit dari duduknya, membawa karung yang berisi surat tersebut keluar dari ruangan.

Aisyah Aqilah || TERBITWhere stories live. Discover now